Zainudin Amali: FIFA Itu Organisasi Yang Tidak Bisa Diintervensi
Zainudin Amali mengklarifikasi rumor terkait pelanggaran etik FIFA yang dialamatkan kepadanya sehingga badan sepakbola Dunia itu mencabut Indonesia me
Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Umum (Waketum) PSSI, Zainudin Amali mengklarifikasi rumor terkait pelanggaran etik FIFA yang dialamatkan kepadanya sehingga badan sepakbola Dunia itu mencabut Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023.
Rumor yang ada itu menyebutkan bahwa Indonesia dianggap melakukan tiga pelanggaran etik FIFA serius, dimana salah satunya adalah datang dari sikap mantan Menpora itu yang disebut mendahului FIFA dalam mengumumkan bahwa Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Padahal menurutnya statement tersebut terjadi pada tahun 2020, tepatnya beberapa bulan sebelum FIFA memutuskan penundaan ajang tersebut ke tahun 2023, karena saat itu sedang pandemi Covid-19 tengah meninggi.
"Mereka cuma kasih tahu, tolong sabar dulu, jangan bicara apa-apa dulu, karena memang waktu itu saya menyampaikan kepada publik bahwa kita harus mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah FIFA World Cup U-20/2021 dan hal itu terjadi pada tahun 2020, beberapa bulan sebelum FIFA memutuskan penundaan Piala Dunia tersebut ke tahun 2023, karena saat itu sedang meningginya pandemi Covid-19,” kata Zainudin Amali, Kamis (6/4/2023).
"Karena waktu itu logo dan maskot belum di launching, saya melalui PSSI diminta untuk diingatkan jangan bicara dulu tentang persiapan. Tunggu launching maskot dan logo. Itu saja dan hal tersebut bukan melanggar etika dalam statuta FIFA. Mereka cuma kasih tahu, tolong sabar dulu, jangan bicara apa-apa dulu," tambahnya.
Menpora periode 2019-2023 itu pun menyebut jika apa yang dilakukannya dulu bukanlah sebuah pelanggaran etika.
"Kalau pelanggaran etika kan ada dalam statuta FIFA. Jadi alasannya karena situasi kita yang panas menolak Israel, bukan karena saya dianggap melanggar etika dan itu kejadian tahun 2000," ungkapnya.
Lebih lanjut ia pun menggambarkan bahwa FIFA itu organisasi yang tidak bisa diintervensi. Apalagi diminta untuk lobi-lobi pindahkan Israel main ke Singapura.
Selain pelanggaran etik dari FIFA yang ditujukan kepada Zainudin Amali, rumor itu pun menyebut pelanggaran etik datang berkaitan dengan ditunjuknya Arya Sinulingga sebagai EXCO PSSI, namun tidak menjelaskan alasan mengapa jadinya Arya sebagai EXCO PSSI dianggap menjadi masalah bagi FIFA.
Serta, masih menurut rumor, FIFA semakin geram karena PSSI melalui Arya mengumumkan lebih dulu bahwa FIFA membatalkan drawing Piala Dunia U-20 yang semestinya digelar pada 31 Maret 2023 di Bali.
“Yang ketiga, ketika Pak Arya Sinulingga itu mengumumkan bahwa drawing batal, ini tanpa dihadiri FIFA, tidak ada suratnya sekarang dari FIFA, inilah yang menciptakan eskalasi besar," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.