Takdir Juara Guardiola di Tangan Gelandang, Rodri Mengukir Namanya dalam Sejarah Manchester City
Pep Guardiola tampak gelisah di pinggir lapangan Stadion Ataturk, Istanbul, Turki tempat digelarnya duel Man City kontra Inter Milan dalam final.
Penulis: Deny Budiman
Editor: Muhammad Barir
TRIBUNNEWS.COM- Pep Guardiola tampak gelisah di pinggir lapangan Stadion Ataturk, Istanbul, Turki tempat digelarnya duel Manchester City kontra Inter Milan dalam final Liga Champions (11/6) kemarin.
Guardiola ini tak pernah mau diam: berdiri sembari menggigit kuku jari, berjongkok dengan mata mengernyit, dan mengumpat berkali-kali saat peluang terlepas.
Tapi kepada para pemainnya, Guardiola yang kentara gelisah ini, terus menginstruksikan untuk tetap tenang. "Rileks! Rileks! Rileks," ujarnya berkali-kali.
Wajar Guardiola gelisah. Dia sudah 12 tahun lamanya tanpa trofi Liga Champions, sejak terakhir meraihnya pada 2009, dan 2011 lalu. Kedua trofi UCL saat itu diraihnya bersama Barcelona, dan Lionel Messi.
Tahun 2021, dia berhasil menggiring Manchester City ke final Liga Champions. Sayangnya, mereka kalah 0-1 dari Chelsea. Kini, kesempatan kembali berada di depan mata. Dan City difavoritkan juara berkat penampilan mereka yang nyaris sempurna.
Mereka juga kuat di liga domestik setelah merebut trofi Liga Primer, dan trofi Piala FA. Sementara Inter Milan tak terlalu meyakinkan.
Namun, laga final ini ternyata jauh lebih sulit dari yang diperkirakan banyak orang. Ketika City menaklukkan Bayern Muenchen di perempatfinal, dan Real Madrid di semifinal, banyak yang menyangka mereka sudah melewati hal tersulit di Liga Champions musim ini.
Hal yang terbukti keliru. Babak pertama, City sudah kehilangan sang playmaker, Kevin de Bruyne karena cedera. Ini menjadi rumit karena pada babak pertama itu para gelandang City tampil buruk.
Namun, Guardiola tetap yakin. Pelatih asal Spanyol ini pernah mengatakan, dia akan memilih tim yang terdiri dari 11 gelandang jika dia bisa.
Terbukti kemudian, bahkan di musim ketika Erling Haaland mencetak 52 gol, gol penentu kemenangan di final Liga Champions justru datang dari seorang gelandang: Rodri, yang babak pertama bermain buruk.
Final Liga Champions Guardiola memang selalu identik dengan peran kepahlawanan gelandang bertahan: pada 2009 dan 2011, dia memiliki Sergio Busquets, yang ditarik dengan cepat dari sistem pemain muda Barcelona karena dia cocok dengan tos Guardiola; pada 2009 itu dia juga memiliki Yaya Toure sebagai bek tengah yang rajin naik menyerang.
Namun, pada tahun 2021, Guardiola tidak memiliki spesialis gelandang bertahan, dengan Rodri hanya duduk manis di samping Fernandinho di bangku cadangan.
Dan pada tahun 2023, Rodri menjadi gelandang bertahan yang mengukir namanya dalam sejarah City. Ketika umpan silang Bernardo Silva membentur Francesco Acerbi dan bola keluar ke tepi kotak penalti, Rodri langsung menyambar dengan tendangan kaki kanan yang akurat. Jala gawang Inter pun bergetar.
Jangan lupakan pula peran partner Rodri, John Stones. Dia merupakan temuan orisinal Guardiola. Dari semula seorang bek, Stoner bermetamorfosis menjadi gelandang bertahan yang luar biasa.
Dengan raihan tiga trofi interkontinental, Guardiola kini bersanding dengan Sir Alex Ferguson yang pada musim 1998/1999 mempersembahkan treble untuk Manchester United.
"Sebuah kebanggaan bagi saya bisa jadi seperti Sir Alex Ferguson. Dia mengirim pesan teks pagi tadi," imbuh pelatih 52 tahun asal Spanyol tersebut.
Treble Man City adalah treble ke-10 di Eropa. The Citizens mengikuti jejak sejumlah tim hebat di masa silam, termasuk Manchester United pada 1999 dan Inter pada 2010.
Bagi Guardiola sendiri, ini adalah treble-nya yang kedua. Yang pertama dia raih ketika melatih Barcelona, yakni di tahun 2009.
"Kami juara Eropa. Itu tidak mudah, tapi itu wajar. Kadang, Anda membutuhkan keberuntungan ini, sesuatu yang tidak kami miliki di masa lalu," kata Guardiola di situs UEFA.
"Kami kesulitan mencari ruang di babak pertama. Di babak kedua, kami mencetak sebuah gol brilian. Namun, mereka (Inter) lebih baik di menit-menit akhir, dan kami kerepotan. Untungnya, kami punya kiper yang luar biasa (Ederson).
Dia melakukan penyelamatan hebat. Saya tak sabar untuk segera berada di bus dengan tiga trofi kami," kata Guardiola. (Tribun Network/den)
Koleksi 35 Trofi Guardiola
Barcelona (14 trofi 2008 sampai 2012)
* LaLiga: 2008–09, 2009–10, 2010–11
* Champions League: 2008–09, 2010–11
* Copa del Rey: 2008–09, 2011–12
* Spanish Supercup: 2009, 2010, 2011
* UEFA Super Cup: 2009, 2011
* FIFA Club World Cup: 2009, 2011
Bayern Muenchen (7 trofi 2013 sampai 2016)
* Bundesliga: 2013–14, 2014–15, 2015–16
* DFB Pokal: 2013–14, 2015–16
* UEFA Super Cup: 2013
* FIFA Club World Cup: 2013
Manchester City (14 trofi sejak 2016)
* Premier League: 2017–18, 2018–19, 2020–21, 2021–22, 2022–23
* FA Cup: 2018–19, 2022–23
* Champions League: 2022-23
* League Cup: 2017–18, 2018–19, 2019–20, 2020–21
* Community Shield: 2018, 2019
* Guardiola pelatih kedua setelah Sir Alex Ferguson yang raih treble: trofi Liga Primer,
FA Cup, dan Liga Champions untuk Man United (1998-99)
* Hanya ada 4 pelatih yang pernah tiga kali juara Liga Champions: Carlo Ancelotti (4 trofi: 2 AC Milan, 2 Real Madrid, Bob Paisley (Liverpool), Zinedine Zidane (Real Madrid), dan Guardiola (2 Barcelona, 1 Man City)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.