Leverkusen vs Munchen: Tuchel was-was dengan Skuad Xabi Alonso, 30 Laga Belum Terkalahkan
Pertandingan Leverkusen vs Bayern Munchen pekan 21 Bundesliga akan berlangsung di BayArena, pada Minggu (11/2/2024) pukul 00.30 WIB.
Penulis: Muhammad Nursina Rasyidin
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Thomas Tuchel was-was jelang pertandingan Leverkusen vs Bayern Munchen dalam matchday 21 Bundesliga malam ini.
Pertandingan Leverkusen vs Bayern Munchen akan berlangsung di BayArena, pada Minggu (11/2/2024) pukul 00.30 WIB.
Bagaimana tidak was-was, Leverkusen besutan Xabi Alonso tidak terkalahkan oleh 30 tim di semua kompetisi.
Termasuk di Bundesliga 22 di antaranya, hanya empat tim yang mampu menahan imbang Leverkusen.
"30 tim mencoba mengalahkan mereka tidak ada yang berhasil," ucap Tuchel soal performa Leverkusen musim ini dikutip dari Bavarian Football Works.
"Rekor ini tentu saja mengesankan, tapi kita tidak perlu sembunyi, kita hanya punya dua poin lebih sedikit (dari Leverkusen)."
"Kami akan siap dan kami akan pergi ke sana untuk memenangkan pertandingan," tekad pelatih yang membawa Chelsea juara Liga Champions dan Piala Dunia Antarklub itu.
Baca juga: Prediksi Skor Bayer Leverkusen vs Bayern Munchen, Rapor Mentereng Xabi Alonso Terancam Tercoreng
Duel menarik Leverkusen vs Bayern Munchen sayang untuk dilewatkan.
Xabi Alonso menyulap timnya menjadi monster yang sulit dikalahkan dengan materi pemain muda dan murah ditambah beberapa pemain berpengalaman.
Gaya permainan Xabi yang mengandalkan kolektivitas tim menghasilkan variasi serangan yang membuat pemainnya tampil produktif di mulut gawang lawan.
Tidak hanya dalam urusan mencetak gol, tetapi juga dalam menghasilkan assist.
Duo pemain Leverkusen, Alex Grimaldo (9) dan Florian Wirtz (8) berada di bawah Leroy Sane (11) dalam memberikan assist terbanyak musim ini.
Menurut CBS Sports, Leverkusen memiliki keunggulan dalam penguasaan bola musim ini, hal itu yang membuat tim besutan Xabi terlihat lebih menonjol dibandingkan tim Bundesliga lainnya.
Tapi, dalam hal ini Tuchel ahlinya untuk mengacaukan strategi mereka yang dalam saat bertahan ketika memegang bola.
"Mereka mempunyai formasi deep five yang sangat berdekatan satu sama lainnya," ungkap Tuchel.
"Jika kami menyerang dengan tinggi, kami harus menyerang bersama-sama. Tapi mereka juga salah satu tim terbaik melawan pertahanan yang dalam."
"Ini adalah formasi klasik 3-4-2-1," jelasnya.
Sebuah sistem klasik yang tidak jauh berbeda dengan formasi yang digunakan Tuchel saat membawa Chelsea memenangkan Liga Champions.
Tetapi, perbedaan jelas ada. Leverkusen lebih banyak melakukan pergerakan bola yang berasal dari pemain sayap mereka.
Terutama dari pergerakan Frimpong dibandingkan melalui area tengah lapangan.
Formasi tersebut bisa menawarkan dua opsi dalam permainan, kontrol dengan dan tanpa penguasaan bola.
Jika dihadapkan dengan penguasaan bola dari lawan, Leverkusen dengan sigap menggunakan formasi tujuh bek.
Hal itu juga berlaku ketika mereka mendapat kesempatan untuk menyerang dan memberikan tekanan untuk merebut bola kembali.
Palacios, Xhaka, dan Grimaldo adalah pemain yang bertugas untuk merecovery area, dan setelah mendapatkan bola kemudian diarahkan dengan cepat kepada Hoffman atau Wirtz yang bisa menebar ancaman.
Belum lagi soal Nathan Tella, pelapis Boniface yang kerap tampil efektif ketika dimainkan sebagai pemain pengganti di babak kedua.
Lawan Stuttgart di ajang DFB Pokal tengah pekan kemarin adalah salah satu bukti efisiensi serangan Xabi Alonso melalui Nathan Tella.
"kami tidak boleh terjebak dalam pengetahuan tentang apa yang kita ketahui. Ini tentang menentang diri kita sendiri dan lawan dari detik pertama hingga detik terakhir," katanya.
"Kami ingin mengambil langkah berikutnya. Leverkusen sedang menjalani musim yang luar biasa tetapi kami siap untuk mengalahkan mereka," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Sina)