De Bruyne Marah-marah Diganti, Seperti Tsunami Usai Man City Ditahan Imban Liverpool 1-1
PELATIH Manchester City, Pep Guardiola memuji ketangguhan Liverpool saat timnya bermain imbang 1-1 dalam pekan ke-28 Liga Primer Inggris.
Penulis: Deny Budiman
Editor: Muhammad Barir
De Bruyne Marah-marah Diganti, Seperti Tsunami Usai Man City Ditahan Imban Liverpool 1-1
TRIBUNNEWS.COM- PELATIH Manchester City, Pep Guardiola memuji ketangguhan Liverpool saat timnya bermain imbang 1-1 dalam pekan ke-28 Liga Primer Inggris di Stadion Anfield, Liverpool, Minggu (11/3) malam. Dia menyebut, gelombang serangan Liverpool di babak kedua seperti gelombang tsunami.
Karena itulah, Guardiola mengubah strategi terutama di lini tengah. Dia menarik Kevin de Bruyne, dan memasukkan Mateo Kovacic di menit 69 saat skor 1-1. Hal itu membuat benteng City semakin kokoh, dan gelombang serangan The Reds pun jadi tertahan hingga laga berkesudahan imbang.
Meski, de Bruyne yang memberi assists untuk gol John Stone, tampak sangat marah saat ditarik keluar. Respons de Bruyne justru ditanggapi positif oleh Guardiola.
"Saya senang dia marah. Dia tahu apa yang kami lewatkan, kami gagal mempertahankan bola. Setelah (dia keluar) kami melakukannya dengan lebih baik. Tapi, dengar, Kevin... apa yang bisa saya katakan untuk Kevin... kami membutuhkannya dan dia sangat penting," ujar Guardiola di Daily Mail.
Menurut sang pelatih, City memulai laga dengan sangat baik. Mereka memimpin di menit ke-23 setelah John Stones mencatatkan namanya di papan skor. Sang bek Stones menyepak masuk bola sepak pojok Kevin de Bruyne untuk membawa timnya memimpin 1-0.
Setelah itu, Liverpool bangkit. Dan mereka menggila di babak kedua dimotori Wataru Endo, dan Alexis Mac Allister yang sangat energik, didukung mobilitas yang tinggi.
"Kami memulai dengan sangat baik bahkan sebelum gol tersebut dan bermain dengan kepribadian yang besar. Setelah babak pertama itu sulit karena mereka memiliki (Wataru) Endo dan (Alexis) Mac Allister, jadi mereka memiliki pengumpan tambahan dan kualitas untuk bermain, sedangkan sebelumnya lebih langsung menyerang," kata Guardiola menganalisis situasi.
Tekanan The Reds memaksa para pemain City melakukan pelanggaran untuk menahan laju serangan. Walhasil di menit 50, Liverpool mendapatkan hadiah penalti setelah Darwin Nunez dijatuhkan Ederson di kotak terlarang.
Alexis Mac Allister maju sebagai algojo. Bola tembakannya sukses menaklukkan Ederson dan mengubah skor menjadi sama kuat 1-1.
The Reds terus menekan. Menit ke-62, mereka mendapatkan peluang terbaik lainnya saat Diaz berada dalam situasi satu lawan satu dengan kiper Ederson. Sayang, tendangannya melebar.
Dalam situasi tertekan seperti itulah, Guardiola menarik de Bruyne, dan menggantikannya dengan Kovacic yang punya naluri bertahan lebih kuat. Di saat bersamaan, dia juga menarik Julian Alvarez diganti Jeremy Doku, yang juga punya insting bertahan lebih baik.
"Di babak kedua, di stadion itu... Anda tidak punya waktu. Kami memberikan penalti dan cepat atau lambat, selama 15 atau 20 menit, rasanya seperti tsunami! Ya Tuhan, gelombang serangan itu itu datang dari semua pemain lawan, mereka menguasai bola dan segalanya," kata Guardiola.
"Namun, setelah kami memiliki Mateo (Kovacic, pemain pengganti di babak kedua), terutama saat ia masuk, kami dapat melakukan operan-operan tambahan. Mereka sangat kuat dalam melakukan pressing dan serangan balik, di stadion ini, hal tersebut tidaklah mudah. Tetapi kami tidak pernah berhenti mencoba untuk bermain," tuturnya.
"Dengan Mateo dan John (Stones) serta Rodri, kami kemudian memiliki kualitas untuk bermain dan menguasai bola. Kami memiliki peluang kami, mereka juga memiliki peluang mereka. Kami ingin mempertahankan bola tetapi terkadang Anda tidak bisa, tetapi mereka adalah tim terbaik yang pernah saya lihat dalam melakukan pressing," katanya memuji.
Hasil imbang ini membuat persaingan di puncak klasemen semakin seru. Arsenal saat ini bertengger di puncak sementara dengan 64 dari 28 laga. Liverpool membuntuti di peringkat dua dengan perbedaan selisih gol, sedang City di peringkat tiga tertinggal satu poin.
Guardiola menilai perebutan gelar juara masih sangat terbuka untuk ketiga tim. Secara tak langsung, dia memberi penekanan bahwa Liverpool menjadi pesaing utama, tanpa mengesampingkan Arsenal tentunya.