"Dia memiliki kemampuan untuk bermain sebagai nomor 10, tetapi dia tidak sebaik di lini tengah."

"Jadi dia bersaing dengan pemain-pemain itu (Teun dan Fredrik) dan dia menunggu gilirannya," tambahnya.

Momen itu membuat Tijjani lebih dewasa dalam menghadapi situasi, namun kepergian Teun seakan menjadi masalah baru, dan mau tidak mau AZ Alkmaar harus beradaptasi dengan kondisi baru dengan kembalinya Tijjani.

"Setelah dia masuk, dia meningkatkan dirinya setiap hari," kenang Jansen.

"Hanya dengan bermain, merasakan kepercayaan dan pelatihnya dari tim, dia menjadi dewasa."

"Dia memiliki semua atribut, tetapi ketika dia mendapat kesempatan untuk menunjukkannya, dia berhasil melakukannya."

"Dia memberikan dampak yang lebih besar," jelas pelatih berusia 51 tahun tersebut.

Tijjani Reijnders memiliki peran penting di lini tengah AZ Alkmaar dalam menjaga keseimbangan bermain dan membantu build-up serangan.

Dia menguasai yang namanya timing, kapan waktu untuk membantu lini serang dan kapan waktunya untuk kembali ke area pertahanan.

"Dia sangat penting dalam fase build-up. Dia bisa merasakan kapan dia perlu turun ke dalam untuk mendukung Jordy Clasie (bek AZ Alkmaar)."

"Tapi dia juga mampu membawa bola, memberikan assist dan melakukan tembakan jarak jauh untuk mencetak gol. Dia menjadi produktif dengan peran seperti itu," bebernya.

Itulah yang membuatnya mendapatkan kejutan pada musim panas 2023/2024, raksasa Italia AC Milan yang ingin meminangnya hingga berhasil mencapai kata sepakat.

"Setelah dia maju dia tidak pernah melihat ke belakang. Dia terus melanjutkannya," kenang Jansen untuk imbalan penampilan Tijjani sebelum pindah ke AC Milan.

Musim pertamanya untuk Rossoneri, Tijjani Reijnders bermain dalam 50 pertandingan di semua kompetisi.