Bak Sapi Perah, Cedera ACL Hantui Para Pesepak Bola Gegara Jadwal yang Gila di Eropa
Para pesepakbola dunia khususnya yang berkarier di Eropa ibarat sapi yang terus diperah tanpa henti, cedera ACL kian menghantui.
Penulis: Dwi Setiawan
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Para pesepakbola dunia khususnya yang berkarier di Eropa ibarat sapi yang terus diperah tanpa henti.
Bagaimana tidak, para pesepak bola khususnya yang memperkuat tim elit Eropa dipaksa menghadapi jadwal padat bersama klubnya masing-masing.
Format anyar kompetisi sepak bola Eropa yang mulai berlaku pada musim ini kian membuat jadwal makin padat.
Tak hanya itu, agenda para pesepak bola juga kian banyak lantaran harus memperkuat negaranya di jeda internasional.
Dan puncak dari kekhawatiran padatnya jadwal yang harus dijalani para pemain yakni permasalahan cedera.
Pada awal musim ini saja, sudah banyak pemain yang cedera akibat jadwal padat yang mereka lakoni terutama di level klub.
Bahkan, tak sedikit cedera parah dialami para pesepakbola dunia yang membuat mereka mengakhiri musim ini lebih cepat.
Dan cedera paling parah yang kini menghantui para pesepak bola dunia di tengah jadwal padat mereka yakni ACL.
Baca juga: Manchester City Terancam Mentok 80 Poin, Efek Domino Absennya Rodri Gegara ACL
Cedera ACL alias Anterior Cruciate Ligament dapat dikatakan sebagai salah satu cedera yang tidak diinginkan pemain siapapun.
Hal ini mengingat cedera ACL membutuhkan penanganan dan rehabilitasi yang tidak sebentar saja waktunya.
ACL sendiri merupakan salah satu jaringan kuat yang membantu menghubungkan tulang paha ke tulang kering.
Dan jikalau ada pemain yang menderita cedera ACL, maka butuh lebih dari 7-8 bulan untuk menyembuhkannya.
Bahkan ada yang butuh waktu setahun lebih untuk sekedar memulihkan dan mengembalikan ke performa terbaiknya lagi.
Teranyar, nama Dani Carvajal yang merupakan pemain Real Madrid menjadi korban teranyar dari cedera ACL.
Pemain Timnas Spanyol itu menderita cedera ACL dalam laga Real Madrid vs Villarreal di Santiago Bernabeu, Minggu (6/10/2024) dinihari tadi.
Dalam laga yang berakhir dengan skor 2-0 untuk Real Madrid tersebut, raihan tiga poin El Real harus dibayar mahal dengan cedera ACL yang dialami Carvajal.
Real Madrid pun mengonfirmasi cedera ACL yang dialami Carvajal merobek tiga bagian sekaligus.
"Berdasarkan tes yang dilakukan terhadap Carvajal, pemain tersebut mengalami robekan pada bagian ligamen anterior cruciatum, ligamen kolateral eksternal dan tendon popliteus yang robek di kaki kannya," bunyi pernyataan Real Madrid.
"Dia akan menjalani operasi dalam beberapa hari mendatang," tambahnya.
Cedera ACL yang dialami Carvajal seakan menambah panjang daftar pesepak bola yang mengalami hal sama awal musim ini.
Sebelumnya sudah ada beberapa pesepak bola top Eropa yang harus mengakhiri musim ini lebih cepat gegara cedera ACL.
Sebut saja Gleison Bremer (Juventus), Rodri (Manchester City), David Alaba (Real Madrid) hingga Marc Bernal (Barcelona).
Dan masih ada banyak pemain top lain yang mengalami cedera ACL, padahal kompetisi baru berjalan belum genap tiga bulan.
Para pesepak bola aktif yang kini berkarier di Eropa sejatinya sudah memberikan kritikan tajam soal jadwal padat musim ini.
Hanya saja belum ada respons yang diharapkan dari para pemangku kepentingan sepak bola yang ada di Benua Biru.
Salah satunya Son Heung-Min yang bermain bersama Tottenham yang pernah mengkritik jadwal padat musim ini.
"Para pemain telah bersuara soal adanya terlalu banyak laga, sebagai fans sepak bola, anda pasti ingin melihat laga yang berkualitas bukan laga yang banyak," kesal Son dilansir Sky Sport.
"Anda tentu juga tidak ingin melihat pemain berjuang melawan cedera di mana hal itu tidak diinginkan siapapun," tambahnya.
Rodri yang menjadi pilar andalan Manchester City juga sempat memberikan kritikan yang sama, sebelum akhirnya dia malah menderita cedera ACL.
“Jumlah ideal pertandingan untuk menjaga performa optimal seorang pemain adalah antara 40 dan 50 pertandingan,” kata Rodri.
“Lebih dari itu, sulit untuk mempertahankan level fisik,"
Musim ini kami mungkin saja bermain hingga 70 atau bahkan 80 pertandingan, Menurut saya, itu sudah berlebihan.”
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)