Dear Thiago Motta, Sekadar Main Bagus dan Tak Kalah Saja Tidak Cukup untuk Juventus
Performa Juventus yang masih angin-anginan di bawah asuhan Thiago Motta mendatangkan kritik dari legenda mereka sendiri.
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Performa Juventus yang masih angin-anginan di bawah asuhan Thiago Motta mendatangkan kritik dari legenda mereka sendiri.
Juventus saat ini berada di luar empat besar klasemen Serie A dan yang terbaru mereka juga gagal mendapatkan gelar Piala Super Italia.
Tim berjudul La Vecchia Signora ini dikalahkan AC Milan lewat comeback 1-2 di semifinal Piala Super Italia.
Meskipun saat ini Juventus belum menelan kekalahan di Liga Italia (7 Menang 11 Imbang), namun hal itu dipandang belum cukup memuaskan.
Biaya €200 juta (Rp 3,3 triliun) untuk mendatangkan pemain baru musim panas lalu dianggap masih belum sepadan dengan performa saat ini.
Mantan bek Juventus, Ciro Ferrara, memberikan kritik sekaligus peringatan kepada Thiago Motta.
Ferrara menyoroti empat masalah utama yang harus dihadapi Motta serta menegaskan bahwa Juventus tidak bisa hanya puas dengan permainan bagus tanpa hasil nyata.
Mantan bek berusia 57 tahun ini menegaskan bahwa tersingkir di semifinal Supercoppa Italiana bukan sesuatu yang diterima dengan ringan oleh klub sebesar Juventus.
Baca juga: Bursa Transfer Manchester United: Juventus Tawarkan Tukar Guling Vlahovic dengan Joshua Zirkzee
Ferrara memang mengakui Juventus tampil cukup baik di beberapa momen pertandingan melawan Milan.
Namun kegagalan Juventus untuk menunjukkan konsistensi sepanjang 90 menit menjadi satu masalah tersendiri.
"Kadang-kadang, hasil pertandingan tidak mencerminkan apa yang terjadi di lapangan; inilah yang membuat sepak bola begitu indah dan tidak terduga," ujarnya, dikutip dari Football Italia.
"Sejujurnya, Juventus bermain baik di babak pertama melawan Milan dan di sebagian babak kedua. Namun, pertandingan berlangsung selama 90 menit, dan Milan mampu bertahan serta tetap berada dalam permainan," tambah Ferrara.
Menurutnya, Juventus di musim ini kurang dalam hal mental sebagai juara.
Dikatakannya, Juventus adalah tim yang secara historis terbiasa bersaing memperebutkan Scudetto, bukan hanya sekadar mengejar tiket Liga Champions.
"Anda harus benar-benar menginginkan kemenangan tertentu. Ketika Anda berada di Juventus, Anda harus mampu menghadapi kritik," jelas Ferrara.
"Juventus berinvestasi besar di musim panas, jadi wajar jika ekspektasi publik lebih tinggi," tambahnya.
Ferrara pun mengkritik komunikasi Motta yang dinilai kurang merepresentasikan ambisi Juventus.
"Saya terkejut ketika Motta mengatakan bahwa kemenangan bukan obsesi. Ketika dulu saya tiba di Juventus, hal pertama yang saya dengar adalah, ‘Kami harus menang.’ Saya menjawab, ‘Baiklah, kami akan mencoba.’" kata dia.
Baca juga: Daftar Juara Piala Super Italia: Inter Milan Ambyar, Bukannya Samai Juventus Malah Selevel AC Milan
Ferrara juga menyinggung soal pentingnya peran para pemimpin dalam tim, terutama pemain-pemain berpengalaman yang memahami atmosfer dan tuntutan Juventus.
Namun, kehilangan sosok seperti Danilo, yang disebut-sebut akan meninggalkan klub, hal ini bisa menjadi masalah tambahan bagi Bianconeri nantinya.
"Pemimpin adalah mereka yang lebih mengenal lingkungan. Mereka yang lebih berpengalaman," kata Ferrara.
"Juventus punya salah satunya, tapi tampaknya dia akan meninggalkan [Danilo]," sambungnya.
Ia menambahkan bahwa di Juventus, tekanan untuk menang selalu ada, dan hal itu tidak boleh diabaikan.
Menurutnya, dengan ekspektasi tinggi dari fans dan manajemen, Thiago Motta harus membuktikan bahwa dirinya mampu memenuhi tuntutan Juventus. Sekadar bermain baik dan tidak kalah saja tidak cukup.
"Juventus memecat pelatih pemenang seperti Allegri, kariernya berbicara sendiri. Mereka memecatnya karena menginginkan gaya bermain yang bagus. Hal pertama yang dikatakan Conceiçao di Milan adalah dia tidak peduli untuk bermain bagus.
"Thiago punya empat masalah. Pertama, dia harus lolos ke Liga Champions. Kedua, dia harus berusaha kembali dalam perburuan Scudetto. Tiga, dia harus memenangkan setidaknya satu gelar dan empat, dia harus bermain bagus."
"Bahkan prioritas Maurizio Sarri (saat melatih Juve) adalah bermain bagus, tapi pada akhirnya, dia tetap berprioritas pada kemenangan," jelasnya.
(Tribunnews.com/Tio)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.