Perkuat Industri Telekomunikasi, Operator dan OTT Harus Bersinergi
Di tengah menurunnya pendapatan layanan tradisional operator seluler, sinergi dengan Over The Top (OTT) dibutuhkan sebagai terobosan
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah menurunnya pendapatan layanan tradisional operator seluler, sinergi dengan Over The Top (OTT) dibutuhkan sebagai terobosan.
OTT bisa jadi nilai tambah yang akan menggeliatkan kembali industri telekomunikasi nasional.
Pendapat ini dikemukakan oleh Artha Yogaiswara, Project Director PT Huawei Tech Investment.
Menurutnya, kerjasama saling menguntungkan ini bisa terjadi tanpa perlu membatasi satu pemain dengan yang lain.
"Ada peluang pasar yang bisa saling memperkuat lini bisnis masing-masing. Keduanya bisa sama-sama memberikan nilai tambah bagi konsumen. Karena masyarakat jelas akan diuntungkan dengan produk-produk yang kreatif dan inovatif," kata Artha.
Artha mengatakan, layanan OTT seperti Whatsapp, BlackBerry Messenger, Skype, Line, Yahoo Messenger, Gtalk, textPlus, Pinterest, bahkan Facebook, Twitter dan masih banyak lagi.
Ada kecenderungan pelanggan telekomunikasi seluler lebih mudah beralih ke layanan messaging yang disediakan OTT.
Oleh karena itu, menurut Artha, operator dan OTT harus bersinergi. Bentuk sinergi misalnya operator bisa mencari pendapatan iklan dari platform yang dimiliki oleh OTT.
Operator bisa memilih dan menunjuk partner OTT diseluruh dunia yang cocok dan terbaik.
Memang, menurut Artha tidak mudah menggandeng para OTT raksasa seperti Google Youtube.
Namun masih banyak sekali partner OTT level menengah yang mau diajak berkolaborasi.
Yang sudah dilakukan misalnya antara Telkom IndiHome lewat iflix kemudian XL dengan Tribe.
"Ini bisa terus diperkuat sehingga industri telekomunikasi bisa terus merangkak naik ditengah tantangan layanan tradisional seperti voice SMS yang semakin turun. Saya yakin hasilnya sangat positif ke depan," kata Artha memberi solusi.
Sementara itu pengamat telekomunikasi Kamilov Sagala membenarkan industri telekomunikasi mulai memasuki era baru. Oleh karena itu, dibutuhkan banyak inovasi, kreativitas dan produktivitas dari para stakeholder.
"Pengawasan dari pemerintah terutama regulator di industri telekomunikasi harus berjalan dengan baik. Para pelaku industri juga harus menjunjung tinggi tata kelola usaha dan persaingan yang sehat," katanya.
T Amershah, Ketua Indonesian Mobile Multimedia Association (IMMA) sependapat bahwa kerjasama semua pihak akan memperkuat sektor ini.
Menurutnya berbagai nilai tambah bisa disinergikan untuk memajukan layanan.
"Melalui perusahaan-perusahaan yang menggeluti layanan nilai tambah atau value added services (VAS) industri kreatif nasional bisa berkembang. Intinya kita bisa untuk terus memberikan sesuatu atau layanan yang terbaik lagi untuk semua pihak di industri telekomunikasi," katanya.