Situs ICMI sudah Diserang Hacker Sejak Rabu Malam
ICMI juga melakukan penelusuran pada kedua layanan over the top (OTT) asing itu.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Laman resmi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), www.icmi.or.id, Kamis (9/6/2016) diretas.
Saat dikunjungi hanya tampilan putih dengan tulisan 'Bandwidth Limit Exceeded'.
Namun ketika Tribunnews.com mencari di mesin pencari Google tertulis "Home - Hacked by Anonymous0536 - ICMI Official Web".
"ICMI Desak Pemerintah Tutup Youtube dan Google. 07-Jun-2016 0 comment. Improve your security first, baru ngomongin blokir Google," demkian tertulis kemudian.
Hasil penelusuran Tribunnews.com, peretas menyerang laman ICMI ini dilakukan pada Rabu (8/6/2016) malam.
Tak lama dari kejadian serangan peretas tersebut, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) meminta pemerintah memblokir layanan mesin pencari Google dan video streaming YouTube.
Setidaknya, ada dua alasan besar di balik rekomendasi tersebut. Apa saja?
Alasan pertama, menurut ICMI, kedua layanan milik Google tersebut telah menjadi lahan penyebaran konten pornografi dan juga kekerasan.
Alasan lainnya adalah soal pajak. Google disebut telah mendapat banyak keuntungan dari Indonesia, tetapi tidak membayar pajak sepeser pun.
Lebih lanjut, organisasi cendekiawan itu menyebutkan, rata-rata pelaku kekerasan seksual menggunakan Google dan YouTube sebagai media pencari inspirasi.
"Situs ini telah secara bebas untuk menebarkan konten-konten pornografi dan kekerasan tanpa kontrol sedikit pun. Google dan YouTube telah memberikan dampak negatif bagi Indonesia," ujar Sekjen ICMI Jafar Hafsah, Rabu (8/6/2016).
Rekomendasi pemblokiran Google dan YouTube ini semakin diperkuat oleh kondisi belakangan ini.
Hampir semua pelaku pornografi dan kejahatan seksual mengaku mendapatkan inspirasi dari tayangan porno yang bersumber dari mesin pencari Google dan YouTube yang mudah diakses, baik melalui komputer maupun telepon seluler.
"Jika YouTube dan Google menolak untuk mengontrol situs mereka, di mana situs tersebut merilis (konten), mereka layak untuk diblokir. Jutaan konten pornografi dan kekerasan ada di situs tersebut," katanya.
ICMI juga melakukan penelusuran pada kedua layanan over the top (OTT) asing itu. Hasilnya mengungkap bahwa Indonesia merupakan negara pengakses pornografi terbesar kedua berdasarkan data dari rentang 2010-2016.
Kata kunci yang paling banyak dicari di YouTube dan Google, menurut ICMI, rata-rata berkaitan dengan konten pornografi.
Sementara itu, kata kunci terkait konten pendidikan, ekonomi, agama, dan sosial politik cenderung lebih sedikit.