Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Techno

Indosat Ajak XL, Smartfren, dan Tri Bersekutu Lawan Telkomsel

CEO Indosat Ooreedo Alexander Rusli memandang Telkomsel terlalu dominan dan memonopoli pasar seluler di luar Jawa.

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Indosat Ajak XL, Smartfren, dan Tri Bersekutu Lawan Telkomsel
Indosat Ooredoo
Tampak pada gambar President Director & CEO Indosat Ooredoo, Alexander Rusli (tengah), Director & Chief Sales and Distribution Officer Indosat Ooredoo, Joy Wahjudi (kiri) dan Chief New Business & Innovation Officer Indosat Ooredoo, Prashant Gokarn (kanan) setelah peluncuran Indosat Ooredoo. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus kampanye "Rp 1 per detik" Indosat Ooredoo terhadap Telkomsel berbuntut panjang.

Setelah dipanggil Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Indosat akan mengadukan secara resmi pihak Telkomsel kepada regulator.

Selain itu, Indosat meminta operator-operator seluler lain, yakni XL Axiata, Hutchison Three (Tri), dan Smartfren Telecom agar bersatu melawan Telkomsel.

CEO Indosat Ooreedo Alexander Rusli memandang Telkomsel terlalu dominan dan memonopoli pasar seluler di luar Jawa.

“(Operator seluler lain) Jangan takut, ngomong apa adanya saja. Kan kepentingan kita sama, jangan ngedumel di belakang layar saja,” ujar pria yang kerap disapa Alex ini kepada sejumlah wartawan di Jakarta, Selasa (21/6/2016).

Meski secara nasional hanya memiliki pangsa pasar di kisaran 50 persen, untuk daerah lain di luar Jawa, Alex menuding Telkomsel praktis memonopoli pasaran dengan market share lebih dari 80 persen.

Angka itu jauh di atas batas ketentuan undang-undang persaingan usaha yang sebesar 50 persen. (Baca: KPPU Akan Selidiki Dua Kasus Terkait Indosat Versus Telkomsel)

BERITA REKOMENDASI

Sementara, operator-operator seluler lain disebutnya hanya memiliki pangsa pasar yang kecil di luar Jawa.

Indosat sendiri kebagian sekitar 4 persen. Apabila digabung, menurut Alex, operator seluler lain di luar Telkomsel hanya menguasai pasaran luar Jawa sebesar 14 persen.

Alex yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) merasa monopoli Telkomsel akan semakin menjadi apabila kondisi ini dibiarkan terjadi, hingga akhirnya menguasai pasaran secara total dan tak terbendung.

“Kalau mereka sudah 100 persen, akan sulit bagi kami untuk berkompetisi. Ini seperti kembali ke zaman (monopoli) Telkom untuk telepon fixed line nasional lagi,” keluhnya.

Tudingan Indosat soal monopoli Telkomsel di luar Jawa sebelumnya sudah pernah ditanggapi oleh operator seluler terkait.


Melalui keterangan tertulis beberapa waktu lalu, Vice President Corporate Communications Telkomsel, Adita Irawati, menjelaskan dominasi di luar Jawa bukanlah buah dari praktik monopoli, melainkan hasil dari proses panjang membangun jaringan yang dimulai sejak 1995.

“Saat itu operator lain lebih fokus membangun di Pulau Jawa dan kota besar yang secara bisnis lebih menguntungkan,” ucap Adita.

Terlebih lagi, lanjut dia, lokasi-lokasi pembangunan di luar Jawa memiliki pasar yang tidak besar dan pada saat bersamaan CAPEX (capital expenditure/ dana belanja modal) yang dikeluarkan sangat besar.

Begitu pula ketika jaringannya beroperasi, ongkosnya lebih mahal dibandingkan di Pulau Jawa.

Secara terpisah, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB, M. Ridwan Effendi, mengutarakan pendapat senada.

“Telkomsel bukan pemain pertama yang mendapat lisensi penyelenggaraan jaringan. Tetapi, karena sungguh-sungguh membangun jaringan, akhirnya berbuah di seluruh Indonesia mendapatkan banyak pelanggan mobile,” katanya saat ditemui di Jakarta, Senin (20/6/2016).

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas