Penggunaan Komputasi Awan Microsoft Azure di Asia Pasifik Tumbuh 3 Kali Lipat
"Komputasi awan menjadi landasan bagi organisasi dari segala ukuran untuk menciptakan masa depan digital mereka sendiri"
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Microsoft Asia Pasifik mencatat pertumbuhan tiga digit untuk Microsoft Azure di Januari-Oktober 2016.
Microsoft Azure saat ini digunakan oleh sejumlah pelanggan seperti Bhinneka.com (perusahaan e-commerce di Indonesia), Fullerton Healthcare (kesehatan, Singapura), Peregrine (ritel, Australia), PTT (minyak & gas, Thailand), RingMD (penyedia layanan kesehatan virtual, Singapura), The Yield (pertanian, Australia), dan Trade Me (e-Commerce, Selandia Baru).
Perusahaan-perusahaan tersebut mengandalkan layanan komputasi awan Azure terpadu – advanced analytics, Internet of Things (IOT), database, machine learning, bots, cognitive APIs, keamanan, mobile, jaringan, penyimpanan, dan web – untuk membangun, menyebarkan, dan mengelola berbagai aplikasi di organisasi mereka.
Di dunia yang kini terkoneksi dengan komputasi awan, mobilitas, dan data, organisasi mulai menyadari adanya kebutuhan memodernisasi infrastruktur TI agar dapat menciptakan model bisnis baru.
Peran penting teknologi komputasi awan dalam proses transformasi digital organisasi telah mendorong pertumbuhan adopsi layanan komputasi awan seperti Azure di kawasan Asia Pasifik.
Andreas Hartl, General Manager, Cloud and Enterprise Division, Microsoft Asia Pacific mengatakan, prioritas para pemimpin bisnis saat ini adalah kemampuan mendefinisikan kembali model pertumbuhan bisnis yang mampu menanggapi dinamika baru dari pasar global.
Di dunia digital saat ini, komputasi awan menjadi landasan bagi organisasi dari segala ukuran untuk menciptakan masa depan digital mereka sendiri," ujarnya.
Perusahaan yang telah menggunakan dan merasakan manfaat Microsoft Azure berhasil mendapatkan keunggulan kompetitif, sehingga mampu menghasilkan aliran pendapatan dan model bisnis baru.
Microsoft mengklaim, di pasar global, Azure digunakan oleh sekitar 85 persen dari 500 perusahaan yang tercatat di Fortune.