Serangan Ransomware WannaCry Diduga Baru Awalnya Saja
Saat para analis memperingatkan serangan global ransomware bisa jadi hanya awal dari gelombang baru serangan oleh kriminal komputer.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM - Guna melindungi komputer dan menambal jaringan komputer untuk menghalangi peretasan komputer yang namanya tampak seperti judul lagu pop – “WannaCry”- staf bidang teknologi harus bekerja sepanjang waktu akhir pekan ini.
Staf bidang teknologi di seluruh dunia bekerja sepanjang waktu akhir pekan ini untuk melindungi komputer dan menambal jaringan komputer.
Tujuannya untuk menghalangi peretasan komputer yang namanya tampak seperti judul lagu pop – “WannaCry”.
Saat para analis memperingatkan serangan global ransomware bisa jadi hanya awal dari gelombang baru serangan oleh kriminal komputer.
AS hanya terdampak relatif kecil dari ransomware yang muncul pada puluhan ribu sistem komputer di seluruh Eropa hingga Asia, mulai hari Jumat (12/5/2017).
Para pakar keamanan komputer tetap waspada, bagaimanapun juga, dan menekankan ancaman akan terus ada.
Berlawanan dengan pernyataan beberapa perusahaan keamanan di Eropa, seorang peneliti di perusahaan Tripwire yang ada di Pantai Barat AS mengatakan Sabtu sore bahwa kemungkinan serangan akan berkurang.
“Tampaknya berangsur-angsur menghilang,” ujar Travis Smith dari Tripwire, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (15/5/2017).
“Saya harap begitu,” imbuh Smith. Perusahaan asal Oregon tersebut melindungi perusahaan-perusahaan besar dan lembaga-lembaga pemerintah dari ancaman keamanan terhadap jaringan komputer.
Serangan Ransomware
Kode ransomware yang dirilis hari Jumat tetap bebas tersedia di internet, ujar para pakar, jadi mereka yang berada di belakang serangan WannaCry – yang juga dikenal sebagai WannaCryptor 2.0 dan beragam nama lainnya – bisa jadi meluncurkan serangan yang baru di hari-hari dan pekan-pekan mendatang.
Serangan lain yang berasal dari penjahat lain yang juga memiliki ketrampilan teknologi tinggi yang meniru tindakan ini kemungkinan juga akan muncul.
“Kita masih belum keluar dari hutan rimba,” ujar Gary Davis, kepala promotor keamanan konsumen di McAfee, sebuah perusahaan perangkat lunak keamanan komputer global di Santa Clara, California. “Kami kira ini akan menjadi jejak kaki untuk jenis-jenis serangan lain di masa depan.”
Serangan ini melanda sejumlah negara – lebih dari 100, berdasarkan hitungan para pakar – dan menginfeksi puluhan ribu jaringan komputer.
Laporan industri mengindikasikan Rusia, Taiwan, Ukraina, dan Inggris adalah beberapa negara yang paling parah dilanda oleh serangan siber.
Satu dari beberapa senjata yang digunakan dalam serangan saat ini adalah piranti perangkat lunak yang dicuri dari Badan Keamanan Nasional AS dan diunggah ke internet oleh para peretas bulan lalu.
Piranti yang memungkinkan para peretas untuk menginfiltrasi banyak sistem operasi komputer berbasis Microsoft tanpa terdeteksi, yang mereka perlukan untuk menanamkan ransomware.
Meskipun demikian, Microsoft telah menerbitkan tambalan untuk memperbaiki kerentanan dari perangkat lunaknya berminggu-minggu yang lalu yang dapat meminimalisir peluang intrusi.