Amerika Serikat Kecolongan, Data 143 Juta Warganya Dibobol
Menurut pengakuan Equifax, terjadi peretasan keamanan siber besar-besaran terhadap informasi pribadi warga AS.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembobolan data besar-besaran terjadi di Amerika Serikat. Kali ini, peretasan dialami Equifax. Equifax merupakan satu dari tiga perusahaan pelaporan kredit nasional yang melacak dan menilai sejarah keuangan konsumen AS.
Perusahaan ini mendapatkan pasokan data mengenai pinjaman, pembayaran pinjaman dan kartu kredit, serta informasi lain mengenai segala hal mulai dari pembayaran bantuan anak, batas kredit, kredit macet, alamat dan riwayat kerja, yang kesemuanya menjadi bagian dari penilaian kredit.
Menurut pengakuan Equifax, terjadi peretasan keamanan siber besar-besaran terhadap informasi pribadi warga AS.
Jumlah warga AS yang terdampak diprediksi sangat banyak, yakni mencapai 143 juta warga AS. Angka tersebut hampir mencapai separuh warga AS.
Masih berdasarkan keterangan dari Equifax, para pelaku kriminal siber telah mengakses informasi sensitif, termasuk nama, nomor keamanan sosial, tanggal lahir, alamat, dan nomor Surat Izin Mengemudi (SIM).
Tak hanya itu saja, lanjut Equifax, sekitar 209.000 nomor kartu kredit konsumen AS sudah terekspos. Sejalan dengan hal itu, ada sekitar 182.000 konsumen AS saat ini tengah melaporkan sengketa kartu kredit. Kabarnya, warga Inggris dan Kanada juga terkena dampaknya.
Equifax juga mengungkapkan, peretasan data ini terjadi antara pertengahan Mei dan Juli. Equifax berhasil mengetahui aksi peretasan pada 29 Juli 2017.
Peretasan data ini merupakan yang terburuk di sepanjang sejarah, yang didasarkan pada jauhnya jangkauan dan beragam informasi yang terekspos ke publik.
Baca: Menteri Susi Sindir Anak Muda yang Lebih Suka Chatting di Gawai daripada Riset
"Hal ini jelas merupakan kejadian yang mengecewakan bagi perusahaan kami. Dan salah satu yang diserang adalah bagian utamanya yakni siapa kami dan apa yang kami lakukan," jelas Direktur sekaligus CEO Equifax Richard F Smith.
Tak seperti peretasan data lain, tidak seluruh orang yang terkena dampak dari kasus peretasan Equifax, menyadari bahwa mereka merupakan konsumen dari perusahaan.
Equifax sendiri mendapatkan data dari perusahaan kartu kredit, bank, pelaku ritel, dan bank yang melaporkan aktivitas kredit seorang individu dan rekaman pembelian publik ke perusahaan laporan kredit.
Baca: Sederet Group Musik Siap Memeriahkan Festival Multi-Genre SynchronizeFest 2017
Saat ini, Equifax sudah memberitahukan ke sejumlah orang yang terkena dampak pembobolan data.
Dijelaskan pula, konsumen dapat mengecek untuk melihat apakah mereka berpotensi terkena dampak dari pembobolan data ini dengan memasukkan nama dan enam digit terakhir nomor keamanan sosial mereka.
Para pengguna nantinya akan diberikan tanggal kapan mereka akan dimasukkan ke dalam jasa perlindungan identitas bebas pencurian dan pengawasan berkas kredit.
"Inilah alasan mengapa Anda harus terus mengecek transaksi perbankan online dan transaksi kartu kredit secara reguler. Idealnya adalah per minggu. Orang jahat bisa menjadi orang yang sangat sabar, sehingga, sangat penting untuk mengawasi berita ini agar tidak menghilang dari headline," jelas Matt Schulz, senior industry analyst CreditCards.com.
Barratut Taqiyyah Rafie/Sumber : CNN