TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wajah-wajah ceria terlihat di raut muka puluhan mahasiswa dari tiga perguruan tinggi ternama Tanah Air, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya di malam awarding Lintasarta Appcelerate 2017 yang berlangsung Rabu (6/12/2017) malam di Hotel Millennium, Jakarta. 

Mereka adalah tim dari delapan 8 usaha rintisan digital (startup) terbaik yang oleh dewan juri dinyatakan  sebagai pemenang Lintasarta Appcelerate 2017, sebuah ajang pembuatan rencana bisnis dalam bentuk inovasi produk atau aplikasi digital yang digelar Lintasarta.

Program Lintasarta Appcelerate 2017 merupakan gelaran kedua setelah program serupa pernah digelar tahun 2016 lalu.

Bedanya, tahun ini cakupan perguruan tinggi yang digandeng lebih luas dengan peserta yang lebih banyak, mencapai ratusan aplikan dari ratusan mahasiswa yang mengajukan proposal usaha rintisan melalui kampus mereka.

Lintasarta Appcelerate 2017 sebenarnya merupakan strategi unik Lintasarta dalam menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) ke masyarakat agar dana yang disalurkan dari penyisihan sebagian keuntungan perusahaan lebih bernilai guna.

Melalui program ini, Lintasarta menggandeng kalangan mahasiswa dan mengajak mereka terjun langsung ke dunia bisnis melalui usaha rintisan yang mereka buat.

Dari 8 pemenang, dipilih tiga usaha rintisan dari tiga perguruan tinggi untuk mendapatkan dukungan pengembangan bisnis dan kerjasama dengan Lintasarta untuk masuk ke pasar business to business (B2B). 

Ketiganya adalah Pijar dari UGM, HaloFina dari ITB, dan Siguri dari ITS.

IT Service Director Lintasarta Arya N Soemali mengatakan, Lintasarta Appcelerate 2017 merupakan bukti kolaborasi antara dunia bisnis dan sektor pendidikan.

"Kita melepaskan semua ego sektoral, melepaskan program yang pernah dijalankan masing-masing institusi. Kita melebur, menjalankan program, saling berbagi kelebihan-kelebihan yang dimiliki untuk membangun Indonesia," ungkapnya.

Tak berhenti sampai di sini, Arya menegaskan program ini akan terus dilanjutkan di masa datang dengan tetap menggandeng sejumlah perguruan tinggi untuk menciptakan usaha rintisan seperti mobile application yang memiliki nilai bisnis dan dapat langsung diterapkan untuk mendukung majunya berbagai sektor industri.

"Melalui program ini kita berusaha membangun ekosistem, menjadikan kita tuan rumah di negeri sendiri melalui inovasi inovasi aplikatif dari mahasiswa," ungkap Arya.

"Kita ingin aplikasi yang dibuat ini bisa dijual dan dipakai oleh pasar. Lintasarta memfasilitasi menyediakan infrastruktur. Startup yang kita ajak kerjasama tak perlu keluarkan investasi. mereka bisa bangun di atas platform kita," Arya menambahkan.

Di program ini setiap kelompok peserta yang menciptakan usaha rintisan mendapatkan dukungan pendanaan sebesar Rp 30 juta dari Lintasarta untuk membuat desain dan produk aplikasi.