Lima Prediksi Tren E-Commerce di Indonesia pada 2018
Infrastruktur yang mendukung gerakan e-commerce pun semakin stabil dan memudahkan masyarakat.
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertumbuhan sektor perdagangan elektronik atau e-commerce yang cukup bagus di tahun 2017, menjadikan sektor ini masih menjadi primadona para investor di 2018.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan, nilai investasi di sektor e-commerce pada 2017 mencapai lebih dari USD 5 miliar. Hal ini menjadikan e-commerce sebagai sektor ekonomi yang paling strategis saat ini.
Melihat pertumbuhan yang positif ini, ShopBack, platform gaya hidup yang mendukung masyarakat untuk dapat melakukan transaksi pembelian dengan lebih cermat dan hemat, mencoba menganalisis beberapa hal yang akan menjadi buah bibir di sektor e-commerce di 2018.
Indra Yonathan, Country General Manager, Shopback Indonesia mengatakan pertumbuhan e-commerce di Indonesia tidak lepas dari antusiasme masyarakat untuk berbelanja dan berjualan secara online.
Infrastruktur yang mendukung gerakan e-commerce pun semakin stabil dan memudahkan masyarakat.
“Masyarakat saat ini tidak hanya membeli gadget dan barang fesyen secara online, namun sudah mulai membeli makanan, pulsa, membayar BPJS, serta tiket-tiket online, termasuk tiket pertandingan olahraga, konser dan bioskop,” ujar Yonathan.
Baca: UKM yang Jualan di E-Commerce Bakal Dijanjikan Keringanan Pajak oleh Sri Mulyani
Berikut 5 hal yang akan menjadi buah bibir di sektor e-commerce pada 2018:
Pola Perilaku Belanja Bergeser ke Online Tidak dipungkiri pertumbuhan positif e-commerce di Indonesia, membuat perubahan pola belanja masyarakat yang semakin bergeser ke arah elektronik atau online shopping. Tak ayal, sepanjang 2017, beberapa gerai ritel di Indonesia berhenti beroperasi. Bahkan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) memprediksi akan ada lebih dari 50 gerai ritel akan berhenti beroperasi dan mencoba mengubah format bisnis mereka agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
Perubahan pola perilaku belanja ini juga ditunjukkan dengan volume transaksi e-commerce yang meningkat. Laporan tahunan yang dikeluarkan We Are Social menunjukkan, persentase masyarakat indonesia yang membeli barang dan jasa secara online dalam kurun waktu sebulan di 2017 mencapai 41% dari total populasi, meningkat 15% dibanding tahun 2016 yang hanya 26%.
Baru-baru ini, ShopBack melakukan survei terhadap lebih dari 1.000 responden di Indonesia, untuk melihat pola berberlanja online masyarakat Indonesia. Dari survei tersebut, sebanyak 70,2% responden mengaku bahwa keberadaan toko online memengaruhi perilaku belanja mereka, di mana mereka lebih sering berbelanja online dibanding berbelanja di toko offline.
“Yang menarik lagi, 83,1% responden mengaku pernah ke toko offline untuk melihat barang dan kemudian membelinya secara online. Hal ini disebabkan banyak promo diskon yang ditawarkan platfrom e-commerce, ditambah lagi mereka akan mendapatkan cashback jika melakukan transaksi belanja di ShopBack,” ujar Indra Yonathan.
Mobile Wallet Semakin Marak Tahun ini, jumlah pengguna smartphone di Indonesia diprediksi akan mencapai lebih dari 100 juta pengguna (lembaga riset digital eMarketer). Jumlah ini akan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, India dan Amerika. Hal ini tentunya menjadi potensi yang sangat besar untuk mengembangkan mobile wallet di Indonesia.
Sepanjang 2017, ShopBack melihat ada beberapa mobile wallet yang sering diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia, yakni GoPay, Jenius, TCash, Pay Pro dan OVO.