Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Techno

Pabrik 'Follower' Palsu di Twitter Diusut. Pelanggannya Politisi, Aktor, hingga Pengusaha

Eric Schneiderman berkata ia khawatir praktik yang disebutnya "keruh" tersebut melemahkan demokrasi.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Pabrik 'Follower' Palsu di Twitter Diusut. Pelanggannya Politisi, Aktor, hingga Pengusaha
ISTIMEWA
Logo Twitter di depan kantor Twitter di San Francisco, AS. 

TRIBUNNEWS.COM, AS - Kepala kejaksaan New York, Amerika Serikat (AS), mengatakan mereka memulai penyelidikan terhadap perusahaan yang diduga menjual jutaan akun media sosial palsu sebagai pengikut, atau follower.

"Tindakan penipuan dan berpura-pura menjadi orang lain ilegal menurut hukum New York," kata Eric Schneiderman.

Perusahaan yang menjadi sasaran penyelidikan, Devumi, dituduh mencuri identitas dari orang sungguhan - tuduhan yang dibantah perusahaan tersebut, menurut New York Times.

Surat kabar itu mengaitkan "pabrik follower" dengan sejumlah akun media sosial selebritas.

Baca: Ternyata Teknologi Smartphone Ini Jadi Kunci Utama Miliki Banyak Followers di Instagram

New York Times menerbitkan laporan mendalam tentang Devumi pada Sabtu lalu (27/01), dilengkapi wawancara dengan orang yang menduga detail akun serta gambar profil mereka telah disalin untuk menciptakan akun palsu atau 'bot' yang realistis.

Laporan tersebut mengatakan bahwa mereka yang ingin meningkatkan jumlah follower antara lain aktor, wirausahawan, dan komentator politik, bisa membayar untuk diikuti oleh bot.

BERITA REKOMENDASI

Di media sosial, jumlah pengikut yang banyak dapat meningkatkan pengaruh suatu akun dan akibatnya memengaruhi opini publik, atau memberi keuntungan bagi pemilik akun tersebut.

Keuntungan yang dimaksud antara lain tawaran pekerjaan atau kontrak sponsor.

Eric Schneiderman berkata ia khawatir praktik yang disebutnya "keruh" tersebut melemahkan demokrasi.

"Semakin lazimnya bot berarti suara yang asli seringkali tenggelam dalam percakapan publik kita. Mereka yang membayar paling mahal untuk follower bisa mendapatkan pengaruh dengan cara membelinya," cuit Schneiderman.

Di situs webnya, Devumi menawari konsumen untuk membeli sampai 250.000 pengikut di Twitter, dengan harga mulai dari $12 (Rp150.000).


Klien juga bisa membeli like dan retweet.

Halaman
12
Sumber: BBC Indonesia
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas