Amazon Prime Video Genjot Layanan Streaming di India
Selama ini, layanan streaming video dan film di Amazon Prime Video di India lebih banyak di suplai oleh film dan serial Bollywood berbahasa Hindi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Agung Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, MUMBAI - Amazon.com melalui Amazon Prime Video berniat menambah lebih banyak konten regional di India. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memenangkan persaingan dengan sejumlah pemain global dan lokal di bidang video streaming.
Mengutip Reuters, Minggu (11/3/2018), Wakil Presiden Amazon Video Tim Leslie menyebut India merupakan pasar dengan pertumbuhan tercepat untuk layanan streaming Amazon.
Meski menolak menyebutkan secara rinci, namun katanya jumlah pelanggan berbayar di India sudah mencapai puluhan juta.
Perluasan konten yang akan dijalankan oleh Amazon Prime Video di India adalah dengan menambahkan lebih banyak film dari India bagian selatan.
Selama ini, layanan streaming video dan film di Amazon Prime Video di India lebih banyak di suplai oleh film dan serial dari Bollywood yang berbahasa Hindi.
Agar mampu menggaet lebih banyak pelanggan, Amazon Prime Video akan menjajaki kerja sama dengan industri sinema berbahasa Tamil dan Telagu.
Baca: China Akhirnya Berikan Perpanjangan Kekuasaan Tanpa Batas Waktu kepada Presiden Xi Jinping
Baca: Wapres Jusuf Kalla: KAHMI Adalah Wujud Harmoni
Dua industri sinema ini dikenal dengan nama Kollywood dan Tollywood, berbasis di India bagian selatan.
"Kami pastinya ingin memperluas ke selatan (India). Untuk saat ini, kami belum bisa mengungkapkan film apa saja dari selatan yang akan masuk, tapi yang pasti sebanyak mungkin," ungkap Kepala Konten Asia-Pasifik Amazon Prime Video, James Farrel, dilansir dari Reuters.
Selain itu, Amazon Prime Video juga akan memperkenalkan layanan langganan yang murah, sebesar 999 rupee selama setahun atau setara US$ 15.
Menurut Farrel, India merupakan kunci bagi Amazon untuk menang di pasar Asia Selatan. Konten media dan hiburan di wilayah ini ia perkirakan mampu tumbuh lebih dari US$ 31 miliar pada 2019.