Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Techno

Waze Jadikan Kemacetan di Jalan sebagai 'Tambang Duit'

Dari hasil survei Waze soal lalu lintas, Jakarta menjadi salah satu kota dengan angka trafik yang sangat besar.

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Waze Jadikan Kemacetan di Jalan sebagai 'Tambang Duit'
Warta Kota/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Sejumlah kedaraan terjebak kemacetan di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (21/2/2018). Menurut Lembaga pemantau transportasi dunia, Inrix, Jakarta menempati urutan ke-17 dengan pengendara yang menghabiskan waktu 63 jam per tahun di tengah kemacetan atau sekitar 20 persen dari seluruh waktu mengemudi mereka. Tahun sebelumnya (2016) Jakarta menempati peringkat 22. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dari hasil survei Waze soal lalu lintas, Jakarta menjadi salah satu kota dengan angka trafik yang sangat besar.

Bahkan dari data itu dikatakan Ibu Kota Indonesia ini menjadi yang paling macet ke empat di dunia setelah Manila, Bogota dan Sao Paulo.

Tingginya angka trafik dan kemacetan inilah yang dipandang Waze sebagai peluang monetisasi.

Alasan inilah yang kemudian melatarbelakangi diluncurkannya layanan Waze for Brands.

Menurut Country Manager Waze Indonesia, Marlin Siahaan, layanan ini dimaksudkan sebagai upaya Waze untuk mendekatkan pengguna dengan brand favorit mereka.

"Yang kami ingin kedepankan adalah mobilitas. Ada peluang untuk 'berbicara' pada pelanggan di jalanan adalah hal unik bagi sebuah brand untuk menjangkau konsumen mereka," ujar Marlin dalam acara peluncuran Waze for Brand di Indonesia di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (28/3/2018).

Baca: Hengkang dari Indonesia, Go-Jek Ucapkan Terima Kasih ke Uber

Berita Rekomendasi

Menurut Marlin, ada dua jenis iklan yang bisa digunakan para pelaku industri pada Waze ini.

Pertama adalah iklan semacam "tanda" di lokasi tertentu yang dikehendaki pengiklan.

Saat pengguna akan melewati daerah ini secara otomatis iklan tersebut akan muncul. Namun demi keamanan, iklan ini akan terlihat jika mobil pengendara dalam keadaan berhenti.

"Dari data kami, kendaraan kerap berhenti selama beberapa detik. Di saat inilah banner yang di-pin tadi akan muncul," ujar Marlin.

"Media iklan luar ruang biasanya berupa Out of Home. Kemudian ada juga media radio untuk beriklan di dalam kendaraan. Waze for Brand ini kemudian akan memunculkan ikon-ikon brand saat navigasi," lanjut Marlin.

Kendati bisa menyasar semua merek, Marlin menekankan bahwa Waze hanya mengincar industri-industri yang dekat dan terkait dengan pengendara, misalnya otomotif, pengisian bahan bakar, dan makanan cepat saji.

"Kami akan fokus menyasar industri yang dekat dengan pengendara," tambah Marlin. Waze for Brands ini diketahui telah beroperasi di berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina.

Layanan ini adalah upaya Waze untuk menghasilkan uang dari "jalanan". Di Indonesia Waze nantinya akan bekerja sama dengan berbagai brand lokal maupun internasional di berbagai titik yang banyak dilalui pengguna Waze.

Marlin pun menegaskan telah ada beberapa brand yang sudah dan siap bekerjasama lewat layanan ini. Sayangnya ia tidak menyebutkan secara jelas berapa jumlah brand yang tengah menjalin kerja sama dengan Waze.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waze Manfaatkan Kemacetan Jakarta untuk Pajang Iklan" 

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas