Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Techno

Viral Fenomena Bowo Tik Tok, Anji Berikan Tanggapannya: Apa yang Salah?

Baru-baru ini pemberitaan dihebohkan dengan sosok remaja berusia 13 tahun bernama Bowo Alpenliebe yang menjadi viral di media sosial.

Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Viral Fenomena Bowo Tik Tok, Anji Berikan Tanggapannya: Apa yang Salah?
YouTube Anji Manji
Anji berikan tanggapannya soal Bowo Tik Tok 

TRIBUNNEWS.COM - Tak hanya presenter Deddy Corbuzier, penyanyi Erdian Aji Prihartanto, atau yang lebih akrab dipanggil Anji ini turut memberikan tanggapannya mengenai fenomena Bowo Tik Tok.

Baru-baru ini, sosok remaja berusia 13 tahun bernama Bowo Alpenliebe menjadi viral di media sosial.

Diketahui, Bowo adalah bocah yang membuat video Tik Tok yang akhirnya memiliki banyak penggemar.

Tak hanya itu, beredar banyak unggahan yang menampilkan acara meet and greet dengan Bowo Alpenliebe yang berbayar.

Yang ramai di media sosial adalah ketika harus membayar Rp 80 ribu untuk berfoto bersama Bowo Alpenliebe.

Belum berhenti sampai di situ, pesona Bowo Alpenliebe ternyata mencuri perhatian kalangan remaja perempuan seusianya hingga muncul fenomena menciptakan agama Bowo Alpenliebe.

Hal inilah yang membuat Anji turut memberikan tanggapannya tentang fenomena yang ramai diperbincangkan di media sosial.

Berita Rekomendasi

Melalui channel YouTube pribadinya, Anji membahas fenomena Bowo Tik Tok ini dengan video bertajuk 'BOWO SALAH? ATAU TIKTOK-NYA? ATAU FANS-NYA?'.

Video ini diunggah pada Selasa (3/7/2018) dan sudah meraup sekitar 195 ribu penonton.

Melalui video berdurasi 5 menit 12 detik ini, Anji pun menjabarkan tanggapannya.

Anji mengaku mendapatkan banyak pesan dan permintaan dari orang-orang terdekatnya untuk menanggapi fenomena Bowo Tik Tok dan meet and greet-nya yang berbayar.

"Kalau misalnya saya harus jujur, saya ngeliatnya itu kayak agak, ini apa sih, mereka karyanya apa sih, begitu-begitu doang," ungkap Anji di dalam videonya.

"Terus meet and greet-nya berbayar lagi, sampai 300 ribu, 400 ribu, dan orang-orang yang datang ke meet and greet itu kayaknya histeris banget, kenapa sih mereka?"

Kemudian, Anji pun bertanya mengenai fenomena ini kepada tiga temannya dan mereka memberikan tanggapan yang sama.

Fenomena Bowo Tik Tok ini dipandang negatif oleh ketiga teman Anji.

Kemudian, Anji memberikan pendapatnya yang sebenarnya setelah ia menganalisis fenomena ini.

"Jadi menurut saya, nggak apa-apa, sah. Yaiyalah, karena begini, meet and greet berbayar dari para muser Tik Tok itu, termasuk Bowo ada demand-nya,"

"Dan orang-orang yang datang ke sana walaupun membayar 300 ribu, 400 ribu, 500 ribu, 1 juta, 2 juta, kalau ternyata mereka mau dan mereka mampu, gimana dong? Ya nggak apa-apa,"

"Sebenarnya saya justru berpikir, ternyata Tik Tok ini dahsyat ya, itu adalah sebuah platform yang menjanjikan,"

Anji pun kemudian menjelaskan tentang analisis Tik Tok sebagai aplikasi yang menjanjikan menurutnya.

"Menjanjikan karena ada komunitasnya, ada ekosistemnya. Berbeda sama YouTube, berbeda sama Instagram, berbeda sama Twitter. Yang jelas mereka punya komunitas dan ekosistemnya sendiri,"

"Ya buktinya, pada saat diadakan meet and greet berbayar sampai 300 ribuan itu, bahkan untuk di belakang panggung itu, banyak juga yang bayar. Apa yang salah? Nggak ada yang salah,"

"Yang salah adalah, ketika anak-anak yang datang ke meet and greet itu nyolong duit ibunya atau bapaknya untuk datang ke situ, dan itu saya ngebaca di Facebook tentang hal itu,"

"Yang salah juga adalah, kalau para muser atau para EO penyelenggara itu memaksa para fansnya untuk datang dan membayar, nyatanya kan enggak,"

"Jadi memang ada demand-nya dan memang ada ketertarikan dan kemauan untuk membayar itu dan juga kemampuannya, karena duitnya ada. So, apa yang salah?"

Meski begitu, Anji pun kemudian memberikan pesannya untuk para pengguna Tik Tok atau yang biasa disebut sebagai muser.

"Tapi para muser Tik Tok itu saya mau bilang, hati-hati, mungkin kamu merasa menjadi seorang bintang sekarang,"

"Banyak yang mengelu-elukan, banyak yang neriakin 'pengin foto bareng' 'wah ganteng banget', 'lucu banget', dan lain-lain,"

"Tapi kalau kamu nggak bikin karya, kamu akan kemakan sama popularitasmu itu sendiri, karena Tik Tok itu juga platform,"

"Platform yang bisa menjebak, kalau kamu nggak bisa bikin karya yang nyata yang jelas, ya itu tadi, kamu akan kemakan sama popularitasmu sendiri,"

"Mungkin kamu akan tetap laris karena kamu ganteng atau kamu cakep, tapi akan berapa lama sih yang kayak gitu?"

"Karena akan selalu ada orang-orang yang ganteng dan cantik yang mungkin bisa ngalahin kamu, jadi hati-hati aja,"

Akhirnya, Anji pun menutup pendapatnya dengan kesimpulan yang ia buat.

"Nah, itu pendapat saya, meet and greet berbayar, nggak apa-apa, wong ada yang mau bayar kok. Star syndrome? Yaudah biarin aja,"

"Kalau mereka star syndrome mereka sendiri yang akan kemakan sama popularitasnya,"

"Selama kita nggak dirugikan, menurut saya nggak apa-apa, karena beberapa orang yang melakukan meet and greet berbayar, menurut saya itu oke,"

"JKT 48, bahkan salaman saja bayar, untuk teman-teman yang tahu pasti ngerti,"

"Itulah mengapa, mereka sebagai idol grup, konsep itu bertahan dengan baik sampai hari ini,"

"Beda sama boyband atau girlband yang akhirnya runtuh satu persatu,"

Simak video tanggapan Anji selengkapnya di sini!


Tik Tok diblokir

Melansir dari Kompas.com pada Rabu (4/7/2018), Tik Tok resmi diblokir di Indonesia pada Selasa (3/7/2018) malam.

Pada Selasa malam, aplikasi Tik Tok sudah tidak bisa diakses.

Saat dibuka, antarmuka aplikasi tersebut hanya menyodorkan pemrosesan (loading) konten.

Pemblokiran aplikasi ini diungkapkan oleh Dirjen Aptika Kominfo. Samuel Pangerapan yang menjelaskan bahwa Tik Tok diblokir sejak Selasa siang.

“Kominfo melakukan pemblokiran aplikasi Tik Tok dengan 8 DNS-nya,” kata dia pada KompasTekno via pesan singkat.

Menurutnya, pemblokiran dilakukan atas dasar hasil pemantau tim AIS Kominfo, pelaporan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (Kemen PPA), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), serta masyarakat luas.

“Pelanggaran konten yang ditemukan antara lain pornografi, asusila, pelecehan agama, dan lain-lain,” ujarnya.

Namun Samuel mengatakan bahwa pemblokiran ini bersifat sementara sampai ada perbaikan dan pembersihan konten-konten ilegal dari pihak Tik Tok.

(Tribunnews.com/Natalia Bulan Retno Palupi)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas