Alasan Mengapa WHO Tak Larang Game meski Bisa Buat Sakit Jiwa
WHO memutuskan untuk memasukkan kecanduan game sebagai salah satu jenis gangguan penyakit jiwa!
Editor: Pravitri Retno W
Kedua: Penderita tidak juga berhenti bermain game meski telah mendapatkan dampak negatif seperti kehilangan teman atau pacar, nilai di sekolah jadi buruk, dipecat dari pekerjaan, bahkan sampai sakit-sakitan.
Ketiga: Dua kondisi di atas tersebut terus berlangsung sampai tahunan, minimal setahun secara terus menerus.
Jadi, game tidak serta merta dapat membuat orang mengalami gangguan jiwa jika belum mengalami ketiga kondisi di atas.
2. Belum ada penjelasan secara medis yang diakui
Penelitian terkait dampak game terhadap jiwa seseorang itu masih sangat minim dan belum dapat memberikan penjelasan secara medis yang pasti dan diakui oleh semua pihak yang berwenang.
Bahkan banyak peneliti yang justru menentang rencana WHO tersebut saat diumumkan, dengan alasan bahwa penelitian yang dilakukan terlalu dangkal dan tidak mengikuti konsensus medis yang benar.
Saat ini WHO berpegang teguh dengan landasan medis yang mengacu terhadap hormon dopamin.
Hormon dopamin adalah efek kimia yang dikeluarkan oleh otak kita saat kita mengalami perasaan senang dan bahagia.
Dalam kondisi normal, hormon tersebut tidak berbahaya. Namun, jika berlebihan atau dengan kata lain akibat kecanduan terhadap penyebab pembuat rasa senang tersebut, maka hormon dopamin dapat mengganggu kinerja hipotalamus yang merupakan bagian di otak kita yang mengatur emosi dan suasana hati.
Hanya saja, penyebab hormon dopamin yang berlebihan tidak hanya akibat game, melainkan semua hal yang dapat membuat kita senang.
Sehingga secara medis, game tidak bisa dituding sebagai penyebab gangguan jiwa yang disebabkan karena hormon dopamin yang berlebih.
3. Kategori WHO tersebut dapat memberikan dampak yang jauh lebih buruk di bagian lain
Mereka yang menentang WHO dalam mengategorikan game sebagai gangguan jiwa tersebut bahkan berargumen bahwa rencana WHO tersebut dapat memberikan dampak yang jauh lebih buruk.
Seorang pakar psikologi bernama Anthony Bean mengatakan pada CNN yang kemudian dikutip NexTren.com bahwa kategori gangguan jiwa tersebut terlalu luas dan banyak faktor yang mungkin jadi penyebab kecanduan.