Membantu Fintech di Indonesia Mengakselerasi Keuangan Inklusif
Perkembangan fintech di Asia Tenggara masih berada pada tahap awal sehingga masih mengandung potensi bisnis yang tidak terbatas
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia telah dan akan terus mendominasi ekonomi digital di Asia Tenggara.
Penelitian Google-Temasek bertajuk e-Conomy SEA 2018: Southeast Asia’s Internet Economy Hits an Inflection Point Indonesia merupakan negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, mencapai US$27 miliar pada 2018.
Angka tersebut akan terus meningkat tiga kali lipat hingga US$100 miliar pada 2025 namun Indonesia masih tertinggal dalam hal keuangan inklusif.
Menurut World Bank, hanya 48,9% orang dewasa Indonesia yang memiliki rekening bank pada 2018, sementara secara global rata-rata 69% orang dewasa memiliki rekening bank.
“Lebarnya kesenjangan terkait keuangan inklusif antara Indonesia dan negara-negara lain di dunia merupakan peluang besar bagi fintech untuk menjembatani," kata Jackal Ma, Co-Founder & Partner, Tongdun saat seminar bertema Percepatan Keuangan Inklusif: Bagaimana Memitigasi Risiko sekaligus Memanfaatkan Peluang di Jakarta, Kamis (17/1/2018).
Dikatakannya, dengan 69% populasi Indonesia sudah memiliki telepon seluler dan penggunaan telepon pintar terus bertambah, fintech dapat membantu Indonesia mengejar ketertinggalan dari negara lain dalam hal keuangan inklusif.
Baca: Gandeng OVO, Strategi Do-It Mengedukasi soal Kemudahan dan Keuntungan Fintech
Negara-negara di Asia Tenggara memiliki begitu banyak kebudayaan, bahasa, bahkan tingginya tingkat pemakaian teknologi menghadirkan sejumlah tantangan tersendiri.
Di sisi lain, perkembangan fintech di Asia Tenggara masih berada pada tahap awal sehingga masih mengandung potensi bisnis yang tidak terbatas.
Sejak Desember 2018, sebanyak 88 perusahaan fintech telah mendapatkan lisensi dari OJK serta 150 perusahaan lainnya telah mengajukan lisensi.
Terlepas dari pertumbuhan industri fintech tersebut, banyak pelaku bisnis fintech di Indonesia masih perlu memperkuat teknologi dan reputasi mereka untuk bisa diterima oleh para konsumen lokal.
Tongdun Technology sebagai sebuah perusahaan pihak ketiga penyedia layanan manajemen risiko dan pengambilan keputusan yang profesional, telah memberikan pinjaman P2P, keuangan mikro, perbankan, asuransi, dan lain-lain, dengan pemasaran, manajemen risiko, anti-penipuan, dan solusi operasi yang cerdas dan sangat efisien.
Konsep Cross-Industry Joint Defense yang unik, akumulasi data besar-besaran dan teknologi pemrosesan data yang kuat dari Tongdun, misalnya, telah menjadi senjata ampuh untuk melindungi pinjaman P2P dan platform fintech keuangan mikro lainnya terhadap penipuan identitas, aplikasi palsu serta risiko lainnya.
“Selain itu, solusi kami dapat membantu fintech di Indonesia untuk tidak hanya meningkatkan bisnis mereka tetapi juga membangun kredibilitas yang kuat guna memperkuat peran mereka sebagai akselerator keuangan inklusif yang andal,” kata Jackal Ma.