Sehati TeleCTG, Inovasi Kesehatan Karya Anak Bangsa Siap Menembus Pasar Global
Abraham menjelaskan, ajang SXSW sebagai platform yang baik bagi para inovator muda Indonesia untuk unjuk gigi di pasar global.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sehati TeleCTG terpilih menjadi salah satu dari tujuh start-up yang menjadi wakil dari Indonesia yang ditunjuk Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) pada Festival South by Southwest (SXSW) 2019 di Austin Texas yang berlangsung 10 hingga 17 Maret 2019.
Abraham Auzan, Co-Founder dan CPO Sehati TeleCTG mengungkapkan perasaan bangga menjadi bagian dari delegasi Archipelageek 2019 dan memperkenalkan Sehati TeleCTG sebagai inovasi kesehatan karya anak bangsa yang mempunyai kesempatan mengenal pasar Amerika dan dunia sekaligus mendapatkan potensi pasar baru berskala internasional.
Abraham menjelaskan, ajang SXSW sebagai platform yang baik bagi para inovator muda Indonesia untuk unjuk gigi di pasar global.
Peran BEKRAF sangat penting yang selalu berusaha untuk menjaring para pelaku kreatif yang telah siap dengan perangkat promosinya agar dapat menembus pasar AS dan dunia.
BEKRAF secara konsisten memfasilitasi pelaku industri ekonomi kreatif dalam melakukan pemasaran kepada target pasar.
Untuk itu, BEKRAF senantiasa berupaya memperkenalkan produk dan talenta kreatif tanah air hingga menjangkau pasar yang lebih luas di gelaran bertaraf internasional semacam SXSW 2019.
Sehati TeleCTG adalah sebuah perusahaan teknologi medis yang membantu para ibu di daerah terpencil di Indonesia untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk layanan kesehatan ibu.
TeleCTG merupakan peningkatan dari alat medis CTG konvensional, lebih terjangkau dan portabel.
"Kami menampilkan perangkat berpaten kami sebagai alat perangkat medis diagnostik yang pertama dan satu-satunya dari Indonesia. Kami memamerkan revolusi CTG di dunia dan hal ini akan membuat suatu perubahan signifikan untuk masa depan dunia kesehatan. Kami berharap bahwa kami dapat menyebarkan visi kami ke dunia dan menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih sehat untuk hidup," kata Abraham.
“Banyak perubahan dalam dunia kesehatan, faktor yang paling berpengaruh adalah inovasi teknologi. Sepuluh tahun yang lalu mesin CTG yang berukuran besar menjadi salah satu sebab mengapa akses penggunaannya lebih terbatas. Itulah yang ingin diatasi oleh TeleCTG, alat medis berbasis telemedicine ini memungkinkan Bidan memonitor kesejahteraan janin dan melakukan konsultasi dengan dokter. Bentuk yang ringkas dan portabel, memungkinkan karya anak bangsa ini mudah dibawa dan digunakan di daerah terpencil sekalipun.” ujar Abraham.
Abraham juga mengungkapkan, respon masyarakat AS maupun luas AS terhadap alat medis TeleCTG ini sangat positif, sehingga menambah rasa percaya diri bagi pihaknya.
"Semua umpan balik yang kami terima selama festival berlangsung memacu semangat kami untuk meningkatkan kualitas pelayanan TeleCTG di Indonesia maupun menembus pasar global," katanya.
“Hadirnya Sehati TeleCTG di festival SXSW ini membawa misi besar, yakni dapat menjaring mitra strategis dalam pengembangan maupun pemasaran produk telecardiotocography berbasis portabel. Pada hari pertama pameran kami sudah mendapatkan penawaran pertemuan lanjutan dengan salah satu NGO asal Amerika yang fokusnya kesehatan di Afrika. Juga ada perusahaan medical record yang nantinya kami bisa masuk ke dalam integrated system mereka,” kata Abraham.
Hasil yang diperoleh mungkin dalam waktu dekat ini memang belum terasa, karena kami benar-benar baru pulang dari acara tersebut.
"Namun kami optimis dalam tahun ini setelah mengikuti acara SXSW 2019, TeleCTG dapat dikenal lebih luas lagi di pasar global dan lebih dapat diterima di dalam negeri dalam meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu hamil di daerah terpencil," katanya.
“Kami tahun ini akan mulai mendistribusikan alat tersebut ke desa terpencil yang sudah kami tunjuk di Pulau Jawa sampai pertengahan tahun ini. Perusahaan bakal menggandeng dinas kesehatan setempat, bekerja sama dengan bidan-bidan di Puskesmas di tiap desa. Tak sampai di situ, perusahaan berencana untuk ekspor produk ke Vietnam dan Filipina pada akhir tahun. Dua negara ini dilirik karena mempunyai karakteristik dan isu yang sama dengan Indonesia. Tantangan kedepannya yaitu agar alat medis ini dapat diterima dan diaplikasikan dengan lebih baik oleh bidan dalam peningkatan pelayanan kesehatan ibu hamil, mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah terutama Kementerian Kesehatan, serta dapat menurunkan angka kematian ibu dan anak di tahun-tahun mendatang. Selain itu perijinan untuk menembus pasar global juga mendapatkan kemudahan dari pemerintah.” tutup Abraham.