Pentingnya Open Source di Industri Perbankan Indonesia Tahun 2020
Revolusi industri akan terjadi dengan dorongan software open source karena kemampuannya memberikan
Editor: Malvyandie Haryadi
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) tahun ini menyiapkan anggaran belanja teknologi informasi (TI) sebesar Rp. 1,13 triliun guna mendorong sistem digital ketimbang membangun infrastruktur konvensional seperti kantor dan mesin ATM. Keputusan ini berdasarkan data transaksi di kantor cabang yang sudah turun 30% secara tahunan.
Kini, BNI terus menggenjot layanan e-channel, mobile banking dan inovasi BNI Sonik, yakni mesin smart kios agar nasabah bisa membuka rekening secara digital. Sementara Bank BTN mengalokasikan belanja modal Rp. 500 miliar untuk infrastruktur TI. Tahun ini, BTN akan lebih fokus membangun ekosistem TI yang salah satunya adalah Application Programming Interface (API) untuk menggandeng perusahaan teknologi finansial dan startup yang bergerak di bidang kredit pemilikan rumah (KPR).
Semua perusahaan besar, termasuk di sektor keuangan dan perbankan telah menyadari pentingnya invstasi di bidang TI agar bisa melalui masa transformasi digital dengan mulus demi keberlangsungan bisnis di masa depan.
Namun tak sedikit perusahaan skala menengah dan kecil yang masih ragu atau terkendala dalam menerapkan solusi TI mereka. Utamanya disebabkan karena ketidaksiapan SDM dan faktor keuangan.
Data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau IP-TIK Nasional 2017, masih rendah, atau berada di level 4,99 dari skala 1-10.
Sedangkan pada tingkat global, Indonesia berada di urutan ke-45 dari 140 negara atau ke-4 di wilayah Asia Tenggara, dalam daftar The Global Competitiveness Report 2018, yang dikeluarkan World Economic Forum.
Di sisi lain, salah satu tantangan besar Indonesia dalam menyambut revolusi industri 4.0 adalah kesiapan SDM di industri teknologi informasi untuk mencapai potensi ekonomi digital sebesar US$ 150 miliar atau Rp.2.100 triliun pada 2025.
Solusi Open Source
Di era persaingan digital yang panas dan ketat ini, siapapun yang tak memiliki infrastruktur TI mumpuni dipastikan akan tersingkir. Karena itulah software open source bisa menjadi solusi terbaik bagi perusahaan yang ingin memenangkan persaingan.
Selain andal dan aman, software berbasis open source menawarkan kebebasan dan keleluasaan ketimbang software berlisensi yang cenderung kurang adil dan bersifat kapitalistik.
PT. Equnix Business Solutions menemukan bahwa peralihan dari software lisensi berbayar ke open source bisa menghemat setidaknya sekitar 50 % dari total anggaran IT pada sistem tersebut.
“Untuk bisa bersaing, perusahaan harus memiliki infrastruktur TI yang mumpuni karena itulah PostgreSQL hadir sebagai solusi. Sebagai sistem database open source performanya terbukti lebih unggul dibanding sistem database berbayar manapun.
Selain kemandirian berkat lisensi non-komersial berbasiskan open source, PostgreSQL memiliki skalabilitas jauh lebih baik,” kata Julyanto Sutandang, pakar PostgreSQL sekaligus CEO, PT Equnix Business Solutions.
Tumbuhnya perusahaan startup yang bagai jamur di musim hujan saat ini tak mungkin bisa terjadi jika tanpa peran software open source. Tak mungkin mereka akan berkembang pesat jika sejak awal mereka sudah terbenani dengan biaya tinggi untuk software.