Serangan Virus Corona di China Meluas, Penggunaan Teknologi AI Melonjak
Wabah virus corona yang makin meluas membuat China makin menggencarkan penggunaan teknologi yang didukung AI
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, CHINA - Wabah virus corona yang makin meluas membuat China makin menggencarkan penggunaan teknologi yang didukung Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
Penggunaan teknologi satu ini melonjak seiring meningkatnya harapan bahwa robot mampu memenuhi kebutuhan manusia tanpa harus terinfeksi virus corona.
Dikutip dari laman Tech in Asia, Rabu (5/2/2020), banyak robot yang digunakan untuk melakukan penyemprotan desinfektan hingga memberikan informasi mengenai rumah karantina.
Meningkatnya penggunaan teknologi ini terjadi karena penyebaran penyakit pernafasan yang mewabah begitu cepat hingga mengakibatkan lebih dari 400 kematian.
Angka ini menyusul jumlah kematian yang disebabkan oleh epidemi SARS pada 2003 lalu, seperti yang tercatat dalam laporan otoritas kesehatan China.
Baca: Menteri KKP: Larangan Nangkap Benih Lobster Sengsarakan Nelayan
Masyarakat di kota Shanghai bahkan telah beralih menggunakan AI untuk proses screening tahap awal karena dinilai lebih efisien.
Satu Bot AI yang digunakan oleh warga Shanghai mampu membaca kondisi tubuh dan menyarankan dilakukannya karantina selama dua pekan.
Baca: Sri Mulyani Menyentil Lagi: Banyak Kebijakan Strategis Tak Libatkan Perempuan, Picu Gejolak Ekonomi
Bot AI itu akan berbicara dan menyampaikan kondisi terkini orang yang terinfeksi kepada lembaga kesehatan untuk ditindaklanjuti.
"Berdasarkan kondisi anda, anda disarankan untuk berada di rumah selama 14 hari karantina. Kami akan mengirimkan informasi mengenai kondisi anda ke pusat kesehatan masyarakat untuk ditindaklanjuti, silakn hubungi layanan bantuan," kata Bot AI.
Baca: 5.000 Wisatawan Cina Terdampar di Bali Akibat Penghentian Sementara Penerbangan ke Tiongkok
Robot suara mampu mengumpulkan hingga memeriksa data informasi yang dimiliki calon pasien, seperti identitas pribadi, kondisi kesehatan hingga keberadaan pasien.
Selain itu Bot AI juga mampu membuat sekitar 200 panggilan dalam waktu lima menit.
Langkah ini lebih efisien jika dibandingkan tindakan yang dilakukan oleh manusia secara manual.
Bot AI dapat secara cepat mengkategorikan informasi dan menghasilkan laporan harian.
Baca: Tembus 10.000 Tweets Lebih, Bubarkan OJK Masuk Trending Topic di Twitter
Sehingga mempercepat proses pemantauan penyebaran virus, seperti yang dilaporkan kantor berita lokal.
Sementara itu robot lainnya juga turut berkontribusi karena mampu menggantikan tugas manusia dalam membersihkan bangsal isolasi.
Robot ini dinamakan robot otonom dan difungsikan agar bisa mengurangi tingkat infeksi corona.
Menurut laporan media China, robot pembersih yang dikembangkan oleh Shanghai Lingzi Technology ini dapat bekerja tanpa henti selama lebih dari tiga jam.
Robot ini juga bisa menyemprotkan desinfektan pada rute yang sering dilalui manusia di rumah sakit.
Di daerah yang lebih terpencil di negara itu, pemerintah setempat menggunakan drone yang dilengkapi dengan pengeras suara untuk memantau warga yang terlihat berada di wilayah terbuka namun tidak menggunakan masker.
Dalam sebuah video yang diposting di media sosial Twitter, menunjukkan bahwa seorang perempuan tua sedang dimarahi karena tidak mengenakan masker, ia 'diteriaki drone' saat berada di provinsi utara Mongolia Dalam.
"Anda sebaiknya pulang ke rumah dan ingat untuk selalu mencuci tangan," kata suara yang keluar dari speaker yang diletakkan di drone itu.
Sementara perusahaan teknologi China termasuk Baidu dan Intellifusion mengatakan bahwa teknologi AI mereka digunakan di pos pemeriksaan suhu di stasiun kereta api dan bandara di Beijing dan Shenzen.
Langkah ini dilakukan untuk mengurangi risiko penularan virus corona.
Founder sekaligus Chief Executive Baidu Robin Li menyampaikan keterangan resminya bahwa Big Data dan AI mampu meningkatkan efisiensi di segala sektor termasuk kesehatan dan pelayanan publik.
"Big Data dan AI tidak hanya berperan dalam meningkatkan efisiensi manajemen kota dan menjadi terobosan perawatan kesehatan selama peristiwa darurat seperti ini, namun juga dapat memberdayakan semua industri dan menjadi kekuatan pendorong," kata Li.
Sistem AI yang dikembangkan oleh Baidu ini digunakan untuk mengarahkan sensor inframerah pada dahi penumpang dan mendeteksi suhu tubuh mereka.
Sedangkan perusahaan internet China Qihoo 360 menggandeng NoSugar Tech dalam memperkenalkan platform yang memungkinkan pengguna memeriksa apakah mereka baru saja bepergian dengan seseoramg yang terinfeksi virus corona.
Dalam prosesnya, NoSugar Tech melakukan kompilasi dan verifikasi data publik secara manual dari sumber-sumber seperti stasiun televisi pemerintah China dan media pemerintah seperti People's Daily untuk diinput ke dalam platform.
Qihoo 360 menggunakan AI dan Big Data untuk memastikan informasi tersebut selalu diperbaharui dan akurat.
Para pengguna akan memasukkan tanggal perjalanan, nomor penerbangan maupun kereta untuk melihat apakah mereka berada di tempat yang aman.
Menurut laporan media setempat, lebih dari 21 juta orang memggunakan layanan ini dalam waktu dua hari sejak diluncurkan.