Apakah Thermogun Berbahaya Bagi Otak Manusia? Ini Penjelasan Ilmiah FKUI
Thermogun merupakan salah satu jenis termometer inframerah untuk mengukur temperatur tubuh yang umumnya di arahkan ke dahi
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Departemen Fisika Kedokteran/Klaster Medical Technology IMERI,l Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) menyampaikan pernyataan untuk meluruskan terkait viralnya berita tentang termometer tembak ( thermogun) dianggap bisa membahayakan otak karena memancarkan sinar laser.
Tim penyusun dari Fakultas Kedokteran UI itu terdiri dari Prasandhya Astagiri Yusuf, dr. Anindya Pradipta Susanto, ir. Muhammad Hanif Nadhif dan Muhammad Satrio Utomo.
Baca: KPK Monitor Penggunaan Anggaran Covid-19 di Provinsi Riau
Dalam keterangan tertulis yang diberikan kepada wartawan di Jakarta, Selasa (21/7/2020) tim penyusun menguraikan pernyataan penjelasan mereka sebagai berikut:
Thermogun merupakan salah satu jenis termometer inframerah untuk mengukur temperatur tubuh yang umumnya di arahkan ke dahi.
Alat ini menjadi andalan utama sebagai alat screening gejala Covid-19, alat ini tersedia hampir di setiap pintu masuk tempat umum dan perkantoran.
Namun, beberapa hari ini masyarakat diresahkan dengan viralnya video di media sosial yang menyatakan bahwa alat ini berbahaya karena dianggap menggunakan Laser dan merusak otak.
Apakah benar demikian? Bagaimana cara kerja termometer inframerah?
Berbeda dengan termometer raksa atau termometer digital yang menggunakan prinsip rambatan panas secara konduksi, termometer ini menggunakan prinsip rambatan panas melalui radiasi.
Dalam prinsip ilmu fisika kedokteran, setiap benda dengan temperatur lebih besar dari 0 Kelvin akan memancarkan radiasi elektromagnetik atau sering disebut dengan radiasi benda hitam (Asas Black).
Kelvin (K) adalah satuan baku untuk temperatur dengan konversi 0℃ setara dengan 273 K. Kisaran suhu tubuh manusia normal (36-37,5℃) berada di dalam pancaran spektrum inframerah jika dilihat dari jangkauan radiasi elektromagnetik.
Energi radiasi dari permukaan tubuh ditangkap dan kemudian diubah menjadi energi listrik dan ditampilkan dalam angka digital temperatur derajat celcius pada thermogun.
Prinsip teknologi serupa juga digunakan di kamera termal untuk screening temperatur di bandara serta thermal goggles di militer untuk mendeteksi keberadaan seseorang di malam hari yang gelap.
Termometer inframerah yang tersedia di pasaran umumnya untuk mendeteksi temperatur gendang telinga (termometer telinga) atau temperatur dahi (termometer dahi). Termometer dahi lebih cocok untuk skrining gejala demam Covid-19 karena hanya perlu “ditembak” ke arah dahi tanpa perlu kontak/bersentuhan langsung dengan kulit.