Pakar: Bila Khawatir, Pejabat Disarankan Tak Bermain Tik Tok
TikTok seperti halnya Huawei juga ikut terseret dalam perang dagang serta urat syaraf AS-China, dituduh menjadi alat spionase pemerintah China.
Penulis: Hendra Gunawan
Editor: Malvyandie Haryadi
Akhirnya CISSReC melakukan riset dan analisis terhadap aplikasi Tiktok ini. Dari hasil analisis CISSReC, aliran data TikTok secara umum tidak ada yang mencurigakan.
Contohnya alamat ip 161.117.197.194 yang menuju singapura, lalu 152.199.39.42 menuju amerika. Bahkan saat dites dengan malware analysis yang menggunakan sample dari 58 vendor antivirus, malware juga tidak ditemukan.
“Saat kami coba cek dengan malware analysis, tidak ada aktivitas mencurigakan saat menginstal TikTok, tidak ada malware yang bersembunyi. Bila memang mengandung malware, sebenarnya bukan hanya AS yang akan melarang TikTok, tapi Google akan menghapus TikTok dari playstore mereka. Tapi hal ini juga tidak dilakukan Google,” terang pria asal Cepu Jawa Tengah ini.
Di Eropa yang dilakukan adalah pengawasan data, karena menjadi perhatian serius bagi masyarakat dunia, berbagai tuduhan bahwa TikTok digunakan spionase.
Sebenarnya hal yang sama juga bisa diarahkan ke AS, apalagi AS memiliki aturan Foreign Surveillance Act yang memungkinkan pihak aparat di AS untuk masuk dan mengambil data raksasa Teknologi.
“Yang paling masuk akal dilakukan adalah, para pejabat penting dan lingkarannya jangan bermain TikTok, bila memang khawatir. Bila masyarakat mau memakai sebenarnya tidak ada masalah. Namun bila memang ada kebutuhan para pejabat serta politisi untuk branding diri atau lembaga, sebaiknya menggunakan gawai yang berbeda dari gawai yang sehari-hari digunakan,” jelasnya.
Ditambahkan Pratama, TikTok seperti platform internet lainnya tetap menyimpan dan mengolah data pengguna.
Hal inilah yang dicurigai oleh AS dan Eropa, kekhawatiran data pengguna serta aplikasi TikTok digunakan untuk mata-mata.
Tetapi kalau dulu kita ingat ada aplikasi game pokemon, ternyata tuduhannya sebagai aplikasi mata-mata juga tidak terbukti. Malah isu-isu besar seperti ini sebenarnya mungkin dimanfaatkan menjadi sarana promosi gratis aplikasi-aplikasi tersebut.
“Sebenarnya layanan Facebook, Google, Instagram dan semacamnya juga melakukan berbagai pengumpulan data. Misalnya dalam kasus Cambridge Analytica, data pengguna Facebook dipotimasi untuk membuat Donald Trump dan kubu Brexit di Inggris menang dalam pemilihan,” tegasnya.
Pratama menyarankan untuk mengatur pengamanan pengaturan privasi pengguna di masing- masing gawai lewat permission di tiap aplikasi. Permission adalah permintaan dari aplikasi untuk kebutuhan aplikasi, yang muncul dengan sederet keterangan, meminta akses kamera, mikropon, telepon, log dan lainnya.
Kebanyakan pengguna meremehkan, menganggap pesan tersebut hanya informasi saja padahal sangat penting. Berikut cara menyeting pengaturan untuk permission pada aplikasi TikTok yang juga bisa digunakan untuk aplikasi lainnya :
-Klik dibagian Setting
-Klik Apps
-Pilih TikTok
-Lalu pilih App permissions
-Lihat bagian yang diakses untuk kamera, kontak, lokasi, ruang penyimpanan, dan lainnya. Kita bisa menggeser nya untuk menonaktifkan ijin aplikasi dan mengubah akses perangkat