Pandemi Covid-19 Percepat Adopsi Digital: Jika Bisnis Tidak Online, Akan Ketinggalan
"Kebiasaan berbelanja online akan menjadi tren yang permanen dilakukan masyarakat. Jika berbisnis tidak dilakukan secara online, akan ketinggalan."
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak pihak menyatakan, pandemi Covid-19 telah mengakselerasi proses adopsi ke dunia digital di berbagai sektor. Tidak hanya menjadi fenomena di Indonesia tapi ini juga menjadi tren di global.
"Kebiasaan berbelanja online akan menjadi tren yang permanen dilakukan masyarakat. Jika berbisnis tidak dilakukan secara online, akan ketinggalan," ungkap Winzendy Tedja, Co-founder Yuna&Co saat menjadi pembicara workshop online eCommerceFest 2020 'Get Ready for the New E-Commerce Normal' yang diselenggarakan Exabytes di Jakarta, Sabtu (22/10/2020).
Dia menyebutkan, saat ini telah terjadi fragmentasi di channel e-commerce. "Ditandai banyak orang yang menjadi seller di beragam platform media sosial seperti Instagram dan lain-lain," bebernya.
Dia juga menjelaskan, dibandingkan Indonesia, dunia digital di China jauh lebih mature (matang).
"Semua transaksi termasuk berbelanja di pasar basah sudah menggunakan uang digital. Dengan demikian, upaya mengakselerasi dunia digital lebih jauh lagi menjadi sangat mudah," jelasnya.
Baca: E-commerce Jadi Sektor Bisnis yang Berkembang Selama Pandemi Covid-19
Dia menilai perkembangan dunia digital di Eropa dan AS berbeda. Di AS, ecommerce suda hadir sejak 1990-an. Saat itu, e-commerce di Indonesia ecommerce belum siap.
Baca: Penjualan Aqua Japan Lewat E-commerce Tumbuh 178 Persen
"Pasar e-commerce di Indonesia dibesarkan lebih dulu oleh media sosial seperti Facebook dan lain-lain. Pertumbuhan ecommerce di Indonesia dari 2019 ke 2020 naik 1,3 kali. Ini pertumbuhan yang sangat cepat ditunjang oleh payment digital," sebutnya.
Tips berbisnis di e-commerce
Winzendy kemudian membagikan tips berbisnis di platform eecommerce.
Dia mengatakan, produk yang dijajakan harus detil deskripsinya agar menjadi panduan agar konsumen sampai pada produk yang mereka ingin temukan di e-commerce.
"Selain itu juga harus merespon cepat setiap pertanyaan, berikan jawaban yang human, dan jangan gunakan robot," saran dia.
"Jangan mencoba produk dengan kebutuhan customer tapi tentukan misi yang akan dijalankan. Misalnya di bisnis fashion, untuk menghadirkan kebahagiaan dan confidence customer, customer akan datang sendiri," sarannya lagi.
Winzendy saat ini mengelola Yuna & Co, sebuah marketplace lifestyle yang menggunakan teknologi AI untuk menentukan produk yang sesuai dengan gaya hidup konsumennya.
Pembicara lainnya, Dwi Widiastuti, Deputi Bidang Administrasi PANDI menyampaikan paparannya tentang penggunaan domain .id untuk pebisnis e-commerce.