BSSN Temukan Lebih dari 5.600 Ancaman Malware Melalui HoneyNet Project
Salah satu ancaman siber yaitu cepatnya perkembangan Malware atau perangkat lunak berbahaya
Penulis: Hari Darmawan
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Deteksi Ancama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Sulistyo menyebutkan, telah mengumpulkan lebih dari 5.600 sampel malware.
Menurutnya, jumlah malware ini dijaring melalui program Indonesia HoneyNet Project (IHP). Malware tersebut akan dipelajari dan dianalisis untuk berbagai informasi.
"Sekarang makin banyak pihak yang kerjasama dengan kami terkait HoneyNet ini, karena di situ ada berbagai varian virus," ucap Sulistyo dalam acara webinar SIBERMINBaper, bertajuk “Kita dan Malware” yang digelar BSSN melalui platform konferensi video Jumpa.id, Kamis (3/9/2020).
Sulistyo menyebutkan, ada virus yang benar-benar baru dan ada virus lama yang merupakan modifikasi. "Sejauh ini terdapat tiga fokus sharing informasi yang dilakukan BSSN, yaitu sektor pemerintah, sektor UKM, dan sektor infrastruktur kritis," kata Sulistyo.
Baca: TRIBUNNEWSWIKI - Mengenal Apa Itu Malware dan Cara Mengatasinya
Baca: Minta Raffi Ahmad Belikan Motor Rp 430 Juta, Gideon Tengker: Kalau Gak, Gue Jual Mobilnya Rafathar
HoneyNet sendiri, lanjut Sulistyo, beroperasi melalui pemasangan HoneyPot di 56 titik telah memetakan karakteristik dan jenis serangan siber ke Indonesia yang kebanyakan melalui penyebaran Malware. "Kami sudah punya sampel unik, kami sudah tahu TTP malware-nya seperti apa, kemudian bagaimana komunikasi dengan server induknya, penyebaran malware-nya kemana," ujar Sulistyo.
Kemudian menurut Sekretaris Utama BSSN Syahrul Mubarak, mengingatkan salah satu ancaman siber yaitu cepatnya perkembangan Malware atau perangkat lunak berbahaya.
Malware ini, ungkap Syahrul, dapat menyebabkan perangkat anti-malware tertinggal jauh sehingga tidak mampu mendeteksi adanya malware dalam suatu sistem komputer.
"Honeynet Project tidak hanya dimanfaatkan untuk dasar pembuatan kebijakan keamanan siber nasional di BSSN saja, tapi bisa diimplementasikan oleh institusi atau lembaga lain," kata Syahrul.
Produk Honeynet Project ini, ungkap Syahrul, bisa dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan keamanan siber seperti misalnya institusi pemerintah, akademisi, peneliti, sektor bisnis, untuk keperluan menyusun keamanan siber di sektornya masing-masing
"Data malware dan karakteristiknya tersebut adalah salah satu aset berharga yang perlu dikelola dengan baik," ujar Syahrul. Syahrul menyebutkan, malware dapat digunakan untuk keperluan kemandirian bangsa Indonesia dalam mengembangkan kemampuan menjaga keamanan ranah siber.