Indonesia Butuh Banyak SDM yang Kuasai Data Analytics untuk Dorong Daya Saing Digital Indonesia
Daya saing digital Indonesia masih di peringkat 56 dari 63 negara berdasarkan hasil survei IMD World Digital Competitiveness Ranking 2020
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Daya saing digital Indonesia masih di peringkat 56 dari 63 negara berdasarkan hasil survei IMD World Digital Competitiveness Ranking 2020 yang dirilis awal Oktober 20202 lalu.
Itu artinya peringkat Indonesia masih di bawah beberapa negara tetangga.
Peringkat Indonesia memang naik pada faktor future readiness (kesiapan di masa depan), tetapi terjadi penurunan di faktor teknologi dan knowledge, dimana jika dibedah dalam faktor knowledge ada sub-sektor talent dan sub-sektor training & education yang menurun.
Presiden Joko Widodo pada 3 Agustus 2020 lalu telah memberikan arahan perihal pentingnya percepatan transformasi digital dengan lima langkah, salah satunya persiapan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) talenta digital.
CEO Data Academy Luthfy Ardiansyah menyatakan, data science & AI telah merambah setiap bidang industri.
Baca juga: Pakar Energi: Data Analytics Mampu Pacu Eksplorasi dan Eksploitasi di Sektor Energi
Keduanya memainkan peran penting dalam mengubah data menjadi aset sebagai bagian dari pencapaian transformasi digital. Talenta yang menguasai area data science & AI menjadi sangat dibutuhkan di dunia maupun Indonesia.
Baca juga: Banyak Dibutuhkan Industri, Mercu Buana Bekali Mahasiswa tentang Big Data Analytics
“Transformasi digital sejatinya melibatkan tiga aspek yakni teknologi, data dan manusia. Aspek manusia berupa budaya digital dan talenta digital yang mesti disiapkan, dimana budaya dan talenta data analytics menjadi bagian pentingnya," ujarnya di Jakarta, Rabu (21/10/2020).
Dia menjelaskan, hal ini menyangkut kesiapan keterampilan (hard skill) maupun pola pikir (soft skill). Persiapan tenaga terampil di bidang ini kian mendesak.
Menurut Luthfy, menyiapkan talenta di area data science dan AI di perusahaan memerlukan adaptasi bukan hanya di area penguasaan teknologi, namun juga perlu perubahan pola pikir (mindset).
Artinya semua informasi dan keputusan yang ada di perusahaan harus berdasarkan fakta dan analisa data, dengan dukungan teknologi data science dan AI.
“Sebagian besar perusahaan yang telah sukses menerapkan tranformasi digital, karena berinvestasi dalam aktivitas percepatan adaptasi ini, antara lain melalui pelatihan dan training,” ujar Luthfy.
Investasi Data Analytics Bank Mandiri
Salah satu perusahaan yang serius berinvestasi dalam data analytics adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan kini terus meningkatkan kompetensi pegawainya melalui berbagai training guna mendukung data-driven culture decision making.
Tujuannya, agar setiap unit di Bank Mandiri memiliki talenta data analytics yang bisa melakukan self-service analytics guna menyelesaikan permasalahan bisnis masing-masing.
“Kami menjawab tantangan termutakhir yang berubah dengan cepat melalui strategi korporasi meliputi transformasi digital dan teknologi informasi, pengembangan talenta dan corporate culture serta relationship-based pricing," kata Grace Winnee Malia Sitompul, Vice President EDM Group Bank Mandiri.
"Ketiga strategi itu membutuhkan kapabilitas data analytics secara internal. Kebutuhan akan kemampuan personil data analytics menjadi urgent bagi Bank Mandiri,” imbuh Grace.