Pengembangan Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka Dorong Industri Farmasi Mandiri dan Bersaing
Pemerintah dorong kemandirian untuk memproduksi radioisotop dan radiofarmaka karena tingginya persentase produk yang itu yakni 90 persen impor
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Pemanfaatan teknologi nuklir saat ini semakin didorong untuk memenuhi kebutuhan industri farmasi tanah air yang masih bergantung pada produk impor.
Pasokan radioisotop dan radiofarmaka pun sebagian besar mengandalkan impor, bahkan angkanya mencapai lebih dari 90 persen.
Melihat fakta yang ada di lapangan, pemerintah terus mengupayakan agar industri dalam negeri mampu mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap produk impor.
Kementerian dan Lembaga (K/L) pun memperoleh penugasan untuk mensukseskan hal tersebut.
Satu diantaranya K/L yang terlibat adalah Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Dilansir dari laman resmi batan.go.id, Senin (16/11/2020), lembaga ini mendorong kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar mampu menghasilkan inovasi yang kompetitif berbasis IPTEK untuk mewujudkan Indonesia yang berdaya saing.
Pemanfaatan IPTEK nuklir tentunya akan mendorong terjadinya peningkatan daya saing dan ini dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas industri nasional.
Baca juga: PLT Nuklir Pertama di Jepang Lengkapi Fasilitas Anti Teror Dengan Biaya 240 Miliar Yen
Lembaga yang berfokus pada bidang penelitian, pengembangan dan pendayagunaan IPTEK Nuklir itu ditunjuk sebagai koordinator untuk 3 Prioritas Riset Nasional (PRN) periode 2020 hingga 2024.
Salah satu fokusnya yakni untuk mengembangkan produksi radioisotop dan radiofarmaka pada bidang kesehatan demi melakukan substitusi impor.
BATAN melalui Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) mengembangkan produksi radioisotop dan radiofarmaka untuk penanganan terhadap penyakit kanker, baik itu diagnosis maupun terapi yang memang banyak dibutuhkan di industri dalam negeri.
Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan mengakui bahwa saat ini produk impor masih mendominasi pasokan radioisotop dan radiofarmaka.
"Selama ini pasokan radioisotop dan radiofarmaka di dalam negeri dipenuhi oleh produk impor yang mencapai hingga di atas 90 persen," ujar Anhar, dalam konferensi pers di Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (20/10/2020).
Hal ini yang membuat BATAN berupaya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri melalui pengembangan produksi radioisotop dan radiofarmaka.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.