Kecewa Dukungan Pemerintah Minim, Pegiat Aksara Sunda Bikin Surat Terbuka ke Kang Emil di Medsos
Dua pegiat aksara Sunda Ilham Nurwansah dan Dadan Sutisna, mengirim surat terbuka kepada Gubernur Jabar Ridwan Kamil melalui status Facebook.
Editor: Choirul Arifin
“Seharusnya bulan ini diumumkan pemenangnya. PANDI memang sudah menyediakan ‘hadiah awal’ sebesar satu juta rupiah ditambah smartphone, tetapi kami kira, itu hanya pemicu," kata dia.
Baca juga: Giliran Website Berkonten Aksara Lontara Kini Dikompetisikan
Misalnya, Lomba Website Aksara Lontaraq di Sulawesi Selatan memperbanyak dan menambahkan jumlah hadiah sebagai apresiasi terhadap peserta.
"Kami yakin para peserta Lomba Website Aksara Sunda bukan lantaran tergiur hadiah yang satu juta itu, melainkan semata-mata atas kecintaan mereka pada salah satu indentitas budaya,” ujar Dadan.
Baca juga: PANDI-Universitas Udayana Sepakati Inisiatif Digitalisasi Aksara Bali
Baca juga: Aksara Pegon Juga Akan Segera Didigitalisasi
Dadan mengaku, surat terbuka ini sebagai langkah terakhir yang dilakukan untuk mengetuk nurani pemerintah agar bisa ikut berpartisipasi dan mendukung langkah pelestarian aksara Sunda agar bisa hadir di internet dan bisa dipergunakan di perangkat elektronik.
Di tempat terpisah di Jakarta, Heru Nugroho, Wakil Ketua Bidang Pengembangan Usaha PANDI yang menjadi koordinator penggalangan kerjasama dengan komunitas pegiat aksara daerah dari lembaga swasta, akademisi dan lembaga pemerintahan juga mengungkapkan kekecewaan yang sama terhadap minimnya dukungan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia.
Heru masih menganggap pemerintah masih belum mau serius menanggapi upaya pelestarian aksara nusantara yang coba dilakukan oleh teman-teman pegiat aksara dan stakeholder lain.
“Dalam perjalanannya, kami harus menerima kenyataan pahit bahwa proposal IDN aksara Jawa yang telah diajukan ke ICANN, sedang mengalami proses verifikasi yang cukup panjang dan agak melelahkan," kata Hery.
Dia menilai, hal ini sebagai imbas dari belum adanya kebijakan perundangan negara yang menyebut aksara jawa sebagai bahasa yang banyak digunakan oleh sebagian masyarakat indonesia.
"Jadi negara memang cenderung masih acuh terhadap budaya aksaranya sendiri, sehingga tidak terlalu memedulikan pelestarian aksara di tatanan dunia,” ujar Heru.