Intip Peluang Bisnis Jasa Lifestyle On-Demand di Masa Pandemi
Bisnis jasa on-demand misalnya, menjadi salah satu sektor yang cukup terdampak.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hampir setahun lamanya pandemi Covid-19 di Indonesia membuat banyak sektor bisnis ambruk.
Bisnis jasa on-demand misalnya, menjadi salah satu sektor yang cukup terdampak. Sektor ini bisa kita klasifikasikan menjadi tiga bagian, out of home, at home, dan in home services.
Layanan out of home adalah layanan yang sebagian besar terjadi di luar, seperti jasa transportasi.
Jasa ini mengalami penurunan permintaan dari konsumen sangat signifikan sejakawal pandemi.
Sementara, layanan at home adalah layanan yang melibatkan pengantaran seperti kurir logistik dan jasa antar makanan. Permintaan masyarakat atas layanan ini melonjak cukup besar dimasa pandemi ini.
Banyaknya orang berdiam diri dirumah dan memesan melalui e-commerce atau aplikasi, membuat sektor ini cukup ‘aman’ di masa pandemi ini.
Sementara itu, layanan jasa in home menjadi salah satu sektor yang dipandang sebelah mata. Layanan jasa rumahan ini sempat populer ketika GoLife didirikan.
Namun Gojek memutuskan menutup seara permanen layanan ini pada Juli 2020 kemarin.
Baca juga: PHK 430 Karyawan, Gojek Indonesia Tutup Layanan GoLife hingga Pesangon untuk Pegawai Terdampak
Indonesia sebenarnya memiliki 70 juta pekerja di sektor informal. Para supir ojek online, kurir antar barang, hingga jasa pijat reflexology massage adalah segelintir diantaranya.
Baca juga: Ini Respons KPPU Mendengar Isu Merger Gojek-Grab
Setelah GoLife berhenti beroperasi, kemana para pekerja di layanan ini kini berlabuh?
Hengky Budiman, CEO Halojasa mengatakan, sektor layanan jasa in home seperti pijat refleksi menjadi salah satu sektor yang cukup underrated.
Alasannya, masyarakat masih menganggap jasa yang mereka tawarkan menjadi sebuah barang mewah atau hanya sekedar kebutuhan tersier.
“Kami melihat sebenar nya potensi market dari sebuah aplikasi in home services itu besar ya, ini juga di dukung dengan tinggi nya pekerja sektor informal di indonesia,” kata dia.
Halojasa saat ini menggarap bisnis model yang serupa dengan GoLife. Menurut Hengky bisnis tersebut mengalami pertumbuhan GTV yang cukup signifikan sejak penutupan GoLife Juli 2020.
“Kami mengalami peningkatan gross transactions value hingga 180 persen. Ini menandakan bahwa secara makro, bisnis kita ini sama relevan nya dengan at home maupun out of home services,” kata Hengky.
Memasuki akhir tahun, pertumbuhan Halojasa juga menandakan bahwa kebutuhan jasa lifestyle kini sudah mulai relevan bagi masyarakat.
“Peningkatan tertinggi kami terjadi pada layanan halo massage, dimana kita mengalami peningkatan order yang cukup tinggi. Ini menandakan bahwa jasa massage ini bukan hanya sekedar kebutuhan tersier saja, tapi sudah menjadi bagian dari aktivitas mereka,” kata Hengky.