Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun Techno

Mengenal SpaceX, Perusahaan Stasiun Antariksa yang Picu Kemarahan Warga Papua di Pulau Biak

Indonesia digadang-gadang menjadi salah satu target pembangunan stasiun antariksa SpaceX.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Mengenal SpaceX, Perusahaan Stasiun Antariksa yang Picu Kemarahan Warga Papua di Pulau Biak
TRT World
Ilustrasi peluncuran roket SpaceX. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fandi Permana

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekspansi stasiun antariksa milik salah satu orang terkaya di dunia, Elon Musk, akan merambah ke banyak negara.

Indonesia digadang-gadang menjadi salah satu target pembangunan stasiun antariksa SpaceX. Lokasinya santer disebut akan mengambil sebuah kawasan di Pulau Biak, Papua.

Sontak kabar burung ini membuat warga lokal menolak keras pembangunan lokasi peluncuran roket hasil kerja sama dengan SpaceX di Kabupaten Biak Numfor, Papua.

Warga asli Pulau Biak mengkhawatirkan, pembangunan fasilitas antariksa itu akan merusak lingkungan  dan membuat penduduk lokal kehilangan tempat tinggal.

Baca juga: Warga Papua Geram, Tolak Elon Musk Buat Landasan SpaceX di Pulau Biak: Akan Rusak Ekosistem

Space Exploration Technologies Corporation (SpaceX) adalah perusahaan transportasi luar angkasa swasta Amerika Serikat yang didirikan Elon Musk.

Perusahaan ini telah mengembangkan keluarga roket Falcon dengan tujuan menjadi kendaraan peluncuran yang dapat dipakai ulang.

Baca juga: Roket SpaceX SN10 Meledak hanya Delapan Menit setelah Berhasil Mendarat

Berita Rekomendasi

Melalui perusahaan ini pula, sudah banyak astronot yang meluncur ke luar angkasa berkat kerja sama SpaceX dengan beberapa pihak baik itu dari pemerintahan hingga swasta.

Tak hanya itu, SpaceX juga mengembangkan roket Falcon untuk menjadi kendaraan peluncuran yang dapat dipakai berulang.

Sebelumnya, dalam misi penerbangan ke ruang angkasa roket yang digunakan hanya sekali pakai. Padahal roket mengambil sebagian besar biaya peluncuran ke ruang angkasa.

Biaya pembuatan roket hampir sama dengan pembuatan pesawat komersial. Sayangnya, roket selalu sekali pakai berbeda dengan pesawat yang bisa melakukan puluhan ribu penerbangan.

Mengikuti model komersial, SpaceX pun membuat roket Falcon menjadi kendaraan peluncuran ruang angkasa yang dapat digunakan kembali. Ini dapat mengurangi biaya perjalanan ke ruang angkasa hingga seratus kali lipat.

Jika sebagian besar roket dirancang untuk terbakar pada saat masuk kembali ke Bumi, tidak untuk roket SpaceX. Roket dirancang untuk tahan bakar dan mampu mendarat kembali di Bumi, sehingga roket bisa melakukan peluncuran kembali.

Hal gila dalam misi SpaceX adalah memungkinkan orang bisa hidup di planet mars. Seperti diketahui, Planet Mars merupakan sasaran untuk bisa membangun permukiman permanen manusia di sana karena iklimnya yang mirip dengan bumi.

Bila dilihat dari profil SpaceX, perusahaan yang menyediakan fasilitas peluncuran roket antariksa ini memang gencar untuk membuat stasiun antariksa di beberapa negara. Salah satunya di Biak Numfor, Papua Barat.

Meski hal ini bukan yang baru, pemerintah Indonesia sudah lama menggagas pembangunan proyek itu jauh sebelum adanya rencana kerja sama dengan SpaceX.

Tentu, rencana ini telah melewati kajian pembangunan bandar antariksa oleh Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa LAPAN. Dalam kajian itu sangat memungkinkan bandar antariksa untuk membuat fasilitasnya karena itu merupakan amanat yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan.

Dalam roadmap Induk Penyelenggaraan Keantariksaan Tahun 2016-2040 dijelaskan bahwa pada periode tahun 2036-2040 teknologi peroketan Indonesia diharapkan sudah memiliki program peluncuran roket pengorbit satelit ke orbit rendah/ low earth orbit (LEO).

Meski tak jarang pula roket milik SpaceX gagal terbang dan meledak, reputasi perusahaan itu tetap menjadi incaran bagi banyak pihak. Indonesia sepertinya mulai berminat untuk menjajaki kerja sama dengan SpaceX untuk memuluskan rencana kenantariksaan dalam satu dekade ke depan.

Dalam teknologi satelit, Indonesia diproyeksikan mampu meluncurkan dan mengoperasikan satelit observasi bumi, telekomunikasi, dan navigasi.

"Pada saat itulah Indonesia harus sudah memiliki bandar antariksa, tidak lagi bergantung kepada negara lain," tulis kajian LAPAN tersebut.

Dalam kajian itu pula disebutkan bahwa bandar antariksa dibangun di Biak karena LAPAN memiliki aset lahan di Kabupaten Biak Numfor yang berada di desa Saukobye, Biak Utara, sekitar 40 km dari Kota Biak

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas