Pandemi Percepat Transformasi Digital, SDM Jadi Pilar Utama Hadapi Serangan Siber
Transformasi digital melahirkan permukaan baru seperti edge, aplikasi, ekosistem yang menjadi sasaran empuk serangan siber.
Editor: Choirul Arifin
![Pandemi Percepat Transformasi Digital, SDM Jadi Pilar Utama Hadapi Serangan Siber](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ilustrasi-serangan-siber-101.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak 2020, transformasi digital berproses lebih cepat. Terlebih lagi, seiring pandemi Covid-19 hampir semua aspek kehidupan seperti bekerja, belanja, belajar dilakukan secara online.
Edwin Lim, Country Director Fortinet Indonesia di webinar cyber security It Works Webinar Series bertema “IT Security: A Strategic Key of Public Services and Business success in New Normal,” Rabu (17/3/2021) mengatakan, hal tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya insiden keamanan siber yang datang dari 4 hal terkait transformasi digital.
Pertama, transformasi digital sendiri yang melahirkan permukaan baru (edge, aplikasi, ekosistem) yang jadi sasaran serangan siber.
Kedua, kebijakan berkerja dari rumah (working from home) melahirkan teleworkers atau pekerja jarak jauh (yang menggunakan routers kelas rumahan, berbagi VPN, minimnya pemahaman dan kesadaran terkait keamanan siber) merupakan sasaran empuk para penjahat siber.
Baca juga: Kaspersky Sebut Bank Masih Jadi Sasaran Empuk dalam Kasus Kejahatan Siber di Tahun 2021
Ketiga, penggelaran 5G, yang menawarkan bandwith internet lebih tinggi, juga membawa risiko serangan siber yang lebih tinggi berupa arsitektur serangan yang datang dari segala penjuru (distributed), serangan siber yang datang lebih cepat, sedikitnya waktu yang tersedia untuk memberi respon serangan siber yang datang.
Baca juga: Kalbis Institute: Pembelajaran Keamanan Siber Dibutuhkan di Tengah Pandemi Covid-19
Keempat, makin maraknya pemanfaatan komputasi awan juga membawa risiko yang meningkat terkait data integrity, kepatuhan pada peraturan (compliance), dan data privacy.
Webinar yang membahas cyber security ini menghadirkan Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian, Kepala Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN) sebagai pembicara kunci dan pembicara lainnya Setiaji, S.T., M.S.I., Kepala Diskominfo Pemprov Jawa Barat; Tri Haryanto, Kepala Divisi TIK, Jasa Raharja; dan Arief Wismansyah, Wali Kota Tangerang.
Baca juga: Pakar Keamanan Siber Peringatkan Untuk Waspadai Aplikasi Ilegal Mirip Snack Video
Menurut BSSN, ruang siber Indonesia selalu mengalami serangan siber, baik bersifat teknis dan sosial.
Serangan siber bersifat teknis menargetkan sistem elektronik antara lain berupa: DOS dan DDOS, Phishing, SQL Injection, Brute Force Attack, dan Malware Attack.
Sedangkan serangan siber bersifat sosial menargetkan social networking berupa: pemalsuan dan pembocoran, potemkin villages of evidence, identitas palsu, trolling & flaming, disinformasi, hacking pseudo-sosial, hacking sosial, hacking socio-kognitif, serta humor & meme.
Tahun 2020 lalu ada 495 insiden serangan siber, yang bersifat teknis dan sosial, terjadi di ruang siber Indonesia dengan 9.749 kasus peretasan situs dan 90.887 kasus kebocoran data dari aktivitas malware pencuri informasi di Indonesia.
"Faktor penyebab kebocoran data adalah human error dan malicious (hacking, social engineering, dan malware),” ungkap Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian, Kepala BSSN, dalam acara yang sama.
Ramalan tren keamanan siber
Edwin Lim memaparkan, Fortinet yang selama ini berkecimpung dalam solusi keamanan siber yang luas, terintegrasi dan otomatis, meramalkan 3 transformasi terkait keamanan siber di tahun 2021 ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.