KKP Dukung Startup eFishery Tingkatkan Produksi Komoditas Perikanan Bernilai Ekonomi Tinggi
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendukung startup eFishery untuk meningkatkan produksi perikanan.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendukung startup eFishery untuk meningkatkan produksi perikanan.
Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publik Doni Ismanto Darwin mengatakan ada tiga jenis komoditas perikanan dengan nilai ekonomi tinggi yang akan digenjot yakni udang, lobster, dan rumput laut.
Baca juga: Tumbuh Bersama Para Pembudidaya, eFishery Sukses Raup Revenue hingga Rp1,3 Trilliun
"Dalam tiga tahun ke depan kita ingin udang, lobster, dan rumput laut ini jadi ikon komoditas ekspor Indonesia. Karena kita pada dasarnya punya kemampuan itu," ucap Doni dalam dialog virtual, Kamis (8/7/2021).
Tak cuma mendukung, KKP juga ingin mengajak eFishery membangun ekosistem terutama layanan manajemen end-to-end.
Baca juga: KKP Larang Alat Penangkapan Ikan yang Rusak Lingkungan Kelautan
"Di KKP sudah ada beberapa program rencananya Pak Menteri (Sakti Wahyu Trenggono, red) mau bangun shrimp estate atau kawasan perindustrian yang mencakup seluruh sektor dari hulu hingga hilir," jelas Doni.
KKP bahkan mewadahi generasi milenial yang ingin memulai budidaya perikanan melalui program Milenial Shrimp Farm (MSF) atau Budidaya Vaname Tambak Milenial.
Chief Executive Officer (CEO) dan Co-founder eFishery Gibran Huzaifah mengakui bahwa untuk menciptakan ekosistem akuakultur yang berkelanjutan dibutuhkan usaha bersama.
Dia berharap masyarakat Indonesia bisa melihat berbagai perkembangan yang perusahaannya berikan di sektor perikanan budidaya.
Baca juga: Januari-Mei, KKP Catat Neraca Perdagangan Kelautan dan Perikanan Surplus Rp 27 Triliun
"eFishery ingin para pembudidaya dan stakeholder lainnya di bidang akuakultur tumbuh berdampingan bersama kami. Potensi Indonesia di bidang perikanan budidaya sangat tinggi, namun kita masih tertinggal oleh negara lain seperti China karena mereka lebih unggul dalam penguasaan teknologi, khususnya intensifikasi produktivitas budidaya,” ujar Gibran.
Merujuk data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada Desember 2020 lalu, saat ini perikanan budidaya baru berkontribusi sebesar 16 persen dari total produksi 100 juta ton per tahun.
Namun dengan dukungan eFishery, jumlah pendapatan sektor perikanan budidaya di Indonesia dapat terus tumbuh seiring dengan bertambahnya jumlah petani ikan dan udang yang bergabung ke dalam ekosistem digital.
"eFishery siap mendukung merealisasikan target pemerintah dalam meningkatkan produksi perikanan budidaya dengan beragam inovasi produk yang end-to-end dan sesuai dengan kebutuhan pembudidaya," imbuh Gibran.
Bantu Pembudidaya Naik Kelas
Seperti diketahui, eFishery merupakan perusahaan rintisan yang fokus mengembangkan inovasi di bidang teknologi akuakultur demi mendorong produktivitas pembudidaya ikan dan udang di seluruh Indonesia.
Lebih dari 6.000 kelompok pembudidaya di lebih dari 250 kota/kabupaten di seluruh Indonesia telah bergabung dalam ekosistem digital eFishery dan merasakan berbagai dampak nyata yang dibawa oleh startup tersebut.
Pencapaian tersebut terangkum dalam Laporan Dampak (Impact Report) yang baru saja dirilis.
Perusahaan yang berdiri pada tahun 2013 ini memulai inovasi dengan menciptakan eFisheryFeeder dengan menggunakan teknologi berbasis Internet of Things (IoT) yang dapat memberikan pakan ikan dan udang secara otomatis.
Alat tersebut diketahui berhasil membantu pembudidaya menghemat penggunaan pakan hingga 30 persen dan meningkatkan kapasitas produksi hingga 26 persen. Siklus budidaya pun diketahui dapat menjadi lebih singkat sehingga petani mampu panen lebih cepat dan pendapatannya meningkat.
Data-data yang terekam dari teknologi eFisheryFeeder kemudian menciptakan ruang bagi eFishery untuk menghasilkan inovasi lainnya berupa credit scoring dan skema pembiayaan yang kemudian dikenal dengan nama eFisheryFund, layanan yang menghubungkan para pembudidaya secara langsung dengan institusi keuangan.
Hingga Mei 2021, eFisheryFund telah menyalurkan lebih dari Rp 70 miliar pembiayaan kepada lebih dari 1.700 pembudidaya ikan di Indonesia.
Tidak ketinggalan, di sektor hilir eFishery pun turut andil dalam menghubungkan pembudidaya dengan berbagai agen, distributor, dan mitra horeka (hotel, restoran, kafe).
Mengutip dari laporan tersebut, secara keseluruhan eFishery telah berkontribusi sekitar 26,85 juta dolar AS atau setara Rp 390,43 miliar bagi perekonomian Indonesia melalui pendapatan yang diperoleh pembudidaya dan mitra lainnya.
Sementara itu, Pengamat Perikanan Universitas Padjadjaran, Yudi Nurul Ihsan menambahkan arah kebijakan digitalisasi sektor perikanan perlu diperkuat dengan pendampingan kepada petani budidaya ikan dan pelaku usaha.
Dengan menggunakan teknologi, ia yakin pembudidayaan ikan akan semakin efisien. Selain itu, pemerintah harus menyokong penuh rencana digitalisasi di sektor perikanan sebab potensi di sektor tersebut sangatlah vital.
"Solusi digitalisasi perikanan menjadi penting saat ini karena sebenarnya kita dapat memanfaatkan instrumen teknologi 4.0 dan penguatan multiplatform stakeholder diperlukan untuk memastikan bahwa mekanisme pengelolaan perikanan berbasis Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak baik vertikal maupun horizontal," kata Yudi.
Kontribusi eFishery di Tengah Pandemi
Tidak hanya melaporkan kontribusi eFishery bagi perekonomian nasional dalam beberapa tahun terakhir, Gibran Huzaifah menyebut perusahaannya beruntung tetap dapat membantu pemerintah dan masyarakat Indonesia di tengah pandemi Covid-19.
Di pertengahan tahun 2020, eFishery meluncurkan sebuah program sosial untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi dengan memberikan 30 ton ikan ke lebih dari 10.000 orang tenaga kesehatan dan masyarakat lainnya.
“Agustus tahun lalu, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia minus 5,32 persen dan menjadi yang terendah sejak krisis moneter 1998. Banyak sektor yang terpukul, akibatnya lebih dari 3,5 juta orang kehilangan pekerjaan akibat pandemi,” ungkap Gibran.
“Kami beruntung mendapatkan pendanaan seri B pada akhir 2020 lalu dan dapat membuka ratusan lapangan pekerjaan di berbagai area rural di Indonesia. Selama pandemi tim kami jumlahnya telah meningkat hingga tiga kali lipat. Selain itu di akhir tahun lalu bisnis kami juga tercatat tumbuh 4 kali lipat dibanding tahun sebelumnya.”