Tidak Hanya EBT, Efisiensi Energi Juga Penting untuk Pembangunan Industri Berkelanjutan
saat ini pemerintah dan berbagai pihak cenderung lebih fokus pada EBT sebagai salah satu cara untuk menjawab masalah lingkungan seperti gas rumah kaca
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Semakin terbatasnya Sumber Daya Alam (SDA) mendorong para pelaku industri harus bisa menerapkan konsep berkelanjutan (sustainability) dalam tiap praktik bisnisnya, termasuk eko-inovasi (eco-innovation).
Perlu diketahui, eko inovasi merupakan proses terbentuknya produk teknologi yang tidak hanya memberikan keuntungan bagi pelaku industri atau pelanggannya, namun juga tetap memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan.
Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto mengatakan bahwa dalam konsep eko-inovasi, ada dua aspek yang penting untuk diketahui yakni Renewable Energy atau Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dan Efficiency Energy atau efisiensi energi.
Namun saat ini, pemerintah dan berbagai pihak cenderung lebih fokus pada EBT sebagai salah satu cara untuk menjawab masalah lingkungan seperti gas rumah kaca.
Baca juga: Potensi EBT Melimpah, PLN Optimalkan Listrik Ramah Lingkungan di NTB
Padahal efisiensi energi juga sangat penting untuk mendukung konsep eko-inovasi ini.
"Nah sekarang kalau kita bicara eco-innovation dan sustainability, yang kita kenal ada dua sebetulnya, yang satu ini sering kali terlupakan, yang namanya efficiency energy," ujar Heru, dalam penandatangan MoU dengan IATI, Sabtu (31/7/2021).
Ia kemudian menjelaskan bahwa teknologi dan penelitian untuk EBT dan efisiensi energi bersifat 'saling mengejar'.
"Karena ada renewable energy, ada efficiency energy, nah kedua-duanya ini sebetulnya teknologi dan risetnya saling berlomba. Artinya teknologi untuk mendorong renewable energy terus berkembang, tapi teknologi untuk efficiency energy juga terus berkembang," kata Heru.
Bahkan sejumlah riset, kata dia, menunjukkan bahwa tujuan sustainability global bisa dicapai lebih cepat melalui efisiensi energi ini.
Baca juga: Listrik dari Matahari untuk Kemaslahatan Energi Indonesia
Sedangkan di negara ini sudah sering terdengar istilah 'kelebihan pasokan listrik'.
Menurutnya, ini yang akan menjadi tantangan pemerintah dalam memperkenalkan EBT sebagai 'masa depan' untuk ketahanan energi.
"Nah di Indonesia, kita mengenal atau mendengar oversupply electricity, jadi mengenalkan atau membangun renewable energy sebagai power generation baru itu akan menghadapi tantangan oversupply," papar Heru.
Terkait penghematan energi, ia menilai aspek ini juga bisa menjadi tantangan bagi PII dan Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI) untuk dilakukan evaluasi (audit) secara sistematis dan objektik
"Jadi tantangan kita sebetulnya juga kita bisa masuk ke wilayah efisiensi energi, saya rasa audit teknologi juga bisa diarahkan ke efisiensi energi, ini salah satu yang perlu kita perhatikan juga. Karena selama ini kelihatan hanya fokus pada renewable energy, padahal ada yang namanya teknologi-teknologi yang untuk efisiensi energi," pungkas Heru.
Baca juga: Pentingnya Audit Teknologi Produk Inovasi, IATI Jalin Kerja Sama Dengan PII
Perlu diketahui, saat ini dunia telah fokus pada eco-innovation, semua kegiatan yang akan menghasilkan inovasi harus bisa menjamin keberlanjutan, seperti Sumber Daya Alam (SDA) hingga dampak ekonomi dan sosialnya.
Tidak hanya itu, inovasi teknologi yang baik juga harus memperhatikan kualitas proses produksinya.
Oleh karena itu, diperlukan profesi Auditor Teknologi yang memiliki tugas untuk melakukan evaluasi secara sistematis dan objektif terkait aset teknologi demi meningkatkan kinerja pihak yang di-audit.
Ketua Umum Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI), Hammam Riza mengatakan bahwa penguatan kemampuan audit teknologi untuk memberikan perlindungan publik dan industri dalam negeri sangat diperlukan.
Terlebih, saat ini tuntutan masyarakat global terhadap peralatan teknologi maupun produk yang dihasilkan dari sebuah proses teknologi harus melewati analisa life-cycle.
"Keseluruhan bahan baku, proses, hasil akhir, hingga proses pembuangan limbahnya tidak mencemari lingkungan maupun menggunakan proses yang menimbulkan masalah sosial, keseluruhan analisa ini memerlukan jasa audit teknologi," kata Hammam, dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IATI, Sabtu (31/7/2021).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.