Canggih, China Kini Punya Robot Jaksa The AI, Sang Pembasmi Kejahatan
Robot The AI dapat menangani delapan kasus kriminal umum yang sering ditemui di Shanghai, seperti penipuan, penipuan creditcard, pencurian, perjudian
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sejak beberapa tahun terakhir China memang dikenal sangat jago dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Kali ini dengan dukungan artificial intelligence yang dipadu dengan pembelajaran mesin, China sukses menggemparkan dunia lewat kecanggihan robot jaksa bernama The AI.
Dikutip dari sea.mashable.com, robot The AI telah dikembangkan selama lima tahun sejak 2015 dengan menggunakan 17.000 kasus kriminal berbeda.
Terinspirasi dari teknologi AI sebelumnya bernama system 206. The AI dirancang untuk menentukan kejahatan dan tuntutan hanya berdasarkan deskripsi verbal yang di sampaikan tersangka dengan akurasi 97 persen.
Baca juga: Menko PMK: Kecerdasan Buatan Tak Akan Mengalahkan Manusia
Saat ini The AI dapat menangani delapan kasus kriminal umum yang sering ditemui di Shanghai, seperti penipuan, penipuan kartu kredit, pencurian, perjudian, pengerusakan yang disengaja, mengemudi sembarangan, menghalangi petugas hingga memprovokasi masalah.
Hadirnya The AI sebagai robot jaksa diharapkan mampu membantu meringankan beban jaksa manusia agar lebih fokus menangani kasus kompleks lainnya.
Baca juga: Kalahkan Microsoft, Valuasi Apple Kini Tembus Rp 4.300 Triliun
Terlepas dari canggihnya jaksa The AI, masih ada kekhawatiran dari beberapa pihak seperti kerusakan mesin di masa depan hingga ketidakakuratan data dalam mengambil keputusan.
Kritikan keras juga dilontarkan seorang jaksa dari Guangzhou.
Baca juga: Kini AirPods Bisa Ditempel di Layar MacBook
“Akurasi 97 persen mungkin tinggi dari sudut pandang teknologi, tetapi akan selalu ada kemungkinan kesalahan, jika begini siapa yang akan di salahkan?” ujarnya.
Namun tugas The AI dalam menentukan perkara “memprovokasi masalah” dikhawatirkan akan membatasi kebebasan masyarakat China dalam bersuara.