Jaringan Internet Eropa Dikabarkan Sempat Terguncang oleh Serangan Peretas Rusia
Jaringan internet di seluruh Eropa dikabarkan turut menjadi korban serangan siber oleh sejumlah peretas yang diduga berasal dari Rusia.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
![Jaringan Internet Eropa Dikabarkan Sempat Terguncang oleh Serangan Peretas Rusia](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/satelit-ka-sat-viasat-inc.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Jaringan internet di seluruh Eropa dikabarkan turut menjadi korban serangan siber oleh sejumlah peretas yang diduga berasal dari Rusia.
Reuters menyatakan, serangan internet tersebut dimulai pukul 05:00 dan 09:00, menyusul adanya suara tembakan rudal yang menyerang kota-kota besar Ukraina termasuk ibu kota Kyiv.
Meski serangan tersebut sudah lewat dari dua pekan namun sejumlah jaringan internet diwilayah Eropa dan Ukraina hingga saat ini masih mengalami gangguan operasional.
"Lebih dari dua minggu kemudian beberapa jaringan internet tetap offline," kata seorang reseller kepada Reuters.
Para analis menyebutkan gangguan ini disebabkan adanya penonaktifkan modem komunikasi yang terhubung dengan satelit KA-SAT Viasat Inc.
Baca juga: Rusia Ancam Nasionalisasi Aset Mercedes-Benz Senilai 2,2 Miliar Dolar AS
Satelit KA-SAT Viasat Inc. merupakan satelit terbesar di Eropa yang memasok akses internet ke beberapa benua di UE termasuk Ukraina.
Akibat seranga digital ini membuat banyak pihak menuduh Rusia sebagai pelaku utama dari penyerangan siber.
Baca juga: Otoritas Keuangan Inggris Tutup Total Akses Layanan ATM Kripto
Menurut laporan Pablo Breuer, mantan teknolog untuk komando operasi khusus AS atau SOCOM pihaknya menyebut dengan mematikan konektivitas internet pada satelit, Rusia dapat dapat menghambat kemampuan Ukraina untuk memerangi pasukan militernya.
“Radio darat tradisional hanya menjangkau sejauh ini. Jika Anda menggunakan sistem pintar modern, senjata pintar, mencoba melakukan manuver senjata gabungan, maka Anda harus mengandalkan satelit ini,” jelas Breuer.
Baca juga: Hindari Asetnya Dibekukan, Warga Rusia Berbondong-bondong ke UEA untuk Likuidasi Kripto
Meski Rusia tak terbukti melakukan serangan digital tersebut, namun para analis dari Badan Keamanan Nasional AS, organisasi keamanan siber pemerintah Prancis ANSSI, dan intelijen Ukraina diketahui tengah mencari barang bukti atas keterlibatan Putin dalam serangan ini.
Rusia sendiri sejak dahulu sudah dikenal memiliki kelompok serangan siber yang berbahaya bahkan beberapa waktu yang lalu seorang hacker asal Rusia diketahui sukses menginfeksi ratusan komputer pemerintah Ukraina dengan malware bervirus bahaya.
Menanggapi adanya tuduhan yang ditujukan untuk negaranya, Kedutaan Besar Rusia yang berada di Washington hingga saat ini masih bungkam atas adanya isu siber yang sedang ramai diperbincangkan.
Sementara, Pemerintah Moscow telah berulang kali menolak tuduhan serangan siber, mengingat hingga saat ini belum ada satupun bukti yang membetulkan adanya keterlibatan Rusia dalam serangan digital tersebut.
Ancam Nasionalisasi Aset Asing
Di sisi lain, Rusia kini dikabarkan siap menasionalisasi aset-aset perusahaan asing yang membekukan bisnis mereka di Rusia sebagai upaya mereka mengikuti sanksi ekonomi Barat terhadap Rusia karena menginvasi Ukaina, sejak 24 Februari 2022 lalu.
Nasionalisasi aset oleh Rusia tersebut antara lain mengincar pabrik manufaktur milik perusahaan asing yang berhenti beroperasi.
Satu diantaranya adalah aset Mercedes-Benz.
Dalam laporan tahunannya, Mercedes Benz mengaku memiliki total aset senilai 2 miliar Euro atau sekitar 2,18 miliar dolar AS di Rusia.
Mercedes-Benz memperingatkan, perang di Ukraina menimbulkan sejumlah risiko seperti gangguan suku cadang dan pasokan energi hingga serangan siber, seperti dikutip Reuters dari situs Carscoops, Sabtu (12/3/2022).
Risikonya lainnya adalah “potensi pengambilalihan aset anak perusahaan di Rusia.”
Pernyataan Mercedes-Benz ini mengacu pada sebuah proposal yang disampaikan oleh anggota senior Rusia Bersatu, partai yang saat ini berkuasa di Rusia.
![Logo Mercedes-Benz](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/logo-mercedes-benz_20160409_171250.jpg)
Mercedes Benz bukan satu-satunya pabrikan Jerman yang menghentikan produksi pabriknya di Rusia.
Mercedes mengelola pabrik perakitan mobil di Esipovo dekat Moskow Rusia yang dibuka pada 2019.
Miliarder Rusia dan presiden raksasa logam Norilsk Nickel, Vladimir Potanin, telah memperingatkan Kremlin bahwa menasionalisasi aset perusahaan milik negara-negara Barat akan membuat negara itu mundur lebih dari 100 tahun.
“Pertama, itu akan membawa kita kembali ke seratus tahun, ke tahun 1917, dan konsekuensi dari langkah seperti itu membuat ketidakpercayaan global terhadap Rusia dari pihak investor akan kita alami selama beberapa dekade,” kata Potanin.
“Kedua, keputusan banyak perusahaan menangguhkan operasi di Rusia, menurut saya itu agak emosional dan mungkin diambil sebagai akibat dari tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada mereka dari opini publik di luar negeri," ujarnya.
"Jadi kemungkinan besar mereka akan kembali. Dan secara pribadi, saya akan menjaga kesempatan seperti itu untuk mereka,” tambahnya.
Sebelumnya, Rusia memutuskan melarang ekspor produk tertentu termasuk kendaraan ke negara-negara yang dikatakan telah "melakukan tindakan tidak bersahabat" terhadapnya.