Tips Mengenali dan Tetap Aman dari Kejahatan Deepfake
Google bukanlah satu-satunya yang mengatur tentang deepfake, beberapa negara bagian AS memiliki regulasi yang juga mengaturnya.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Baru-baru ini Google telah melarang algoritma deepfake dari Google Colaboratory. Deepfake merupakan layanan komputasi gratis dengan akses ke GPU.
Google bukanlah satu-satunya yang mengatur tentang deepfake, beberapa negara bagian AS memiliki regulasi yang juga mengaturnya.
Di China, rancangan undang-undang mengenai deepfake memerlukan identifikasi media yang dihasilkan dari komputer, sedangkan Uni Eropa harus menyertakan klausul tentang teknologi khusus ini.
Pakar Kaspersky telah menjelaskan apa itu deepfake, dan mengapa ada begitu banyak kontroversi di sekitarnya, bersama dengan bagaimana pengguna dapat melindungi diri mereka sendiri.
‘Deepfake' biasanya mengacu pada berbagai jenis media buatan komputer yang melibatkan orang-orang dan dibuat dengan neural network dan bisa berupa video, foto, atau rekaman suara.
Baca juga: Elon Musk Peringatkan Investor Kripto Waspadai Penipuan Deepfake Terbaru
Alih-alih menggunakan teknik pengeditan gambar tradisional, penggunaan deep learning telah menggeser kebutuhan akan keterampilan dan upaya untuk membuat gambar palsu yang meyakinkan.
Awalnya, istilah tersebut merujuk pada perangkat lunak tertentu yang telah mendapatkan popularitas di Reddit.
Perangkat lunak tersebut dapat menanamkan wajah seseorang ke dalam video yang menampilkan orang lain, dan hampir seluruhnya digunakan untuk membuat pornografi non-konsensual dengan selebriti.
Baca juga: Video Mirip Nagita Slavina Diduga Gunakan Teknologi Deepfake, Apa Itu?
Menurut beberapa perkiraan, hingga 96 persen dari semua deepfake adalah pornografi, ini sekaligus menyoroti kekhawatiran seputar deepfake yang digunakan untuk pelecehan, pemerasan, dan mempermalukan publik.
Teknologi ini juga dapat membantu para pelaku kejahatan siber. Setidaknya dalam dua kasus, di Inggris dan Hong Kong, deepfake suara telah digunakan untuk mengelabui perusahaan agar mentransfer dana ke penipu online, dengan menyamar sebagai pejabat dari masing-masing perusahaan.
Baca juga: Apa Itu Deepfake? Bahaya Penggunaan dan Cara Mengenalinya
Penelitian terbaru menunjukkan algoritma deteksi liveness komersial, yang digunakan oleh lembaga keuangan dalam prosedur KYC, dapat tertipu oleh deepfake yang dibuat dari foto ID, menciptakan vektor serangan baru sehingga membuat kebocoran identitas menjadi masalah yang lebih serius.
Masalah lainnya adalah, deepfake merusak rasa kepercayaan terhadap konten audio dan video karena dapat digunakan untuk tujuan berbahaya.
Misalnya, dalam kasus baru-baru ini, wawancara palsu dengan Elon Musk digunakan untuk mempromosikan penipuan cryptocurrency.