Riset: 72 Persen Pelanggaran Keamanan Siber di Asia Berasal dari Kesenjangan Keahlian
Fortinet mempublikasikan hasil penelitian terbaru tentang permasalahan utama seputar rekrutme dan kesadaran keamanan tenaga di bidang keamanan siber
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fortinet mempublikasikan hasil penelitian terbaru tentang permasalahan utama seputar rekrutme dan kesadaran keamanan tenaga ahli di bidang keamanan siber
Rashish Pandey, Vice President of Marketing and Communications Asia, Fortinet mengatakan berdasar hasil survei yang dilakukan di sejumlah negara di Asia Tenggara dan Hong Kong menunjukkan 71 persen perusahaan yang terlibat mengaku kesulitan merekrut tenaga ahli yang berkualifikasi khusus di bidang keamanan siber (cybersecurity).
Sementara 63 persen di antaranya setuju bahwa konsekuensi dari kurangnya tenaga ahli tersebut adalah buruknya tingkat keamanan siber perusahaan. Di Asia Tenggara, survei ini dilakukan di Singapura, Thailand, Hong Kong, Filipina, Malaysia, dan Indonesia
Baca juga: Profil Perusahaan Pinjol Ilegal yang Digerebek Polisi, PT Indo Tekno Nusantara, Didirikan oleh Pipin
Disebutkan, bertambahnya perusahaan yang menggunakan teknologi berbasis cloud dan automasi pun semakin memperburuk permasalahan ketidaktersediaan tenaga ahli keamanan siber ini. Rashish menjelaskan, perusahaannya berkomitmen mengatasi kesenjangan keahlian ini dengan membuat agenda peningkatan pelatihan yang dinamakan Training Advancement Agenda (TAA) dan menyusun program lembaga pelatihan guna meningkatkan akses dan jangkauan sertifikasi serta pelatihan keamanan siber yang dianggap penting bagi perusahaan yang akan merekrut tenaga ahli, sebagaimana terungkap dalam survei.
Pihaknya bisa menyiapkan 1 juta tenaga ahli terlatih pada tahun 2026 nanti, dan melalui kerja sama dengan mitra lokal, kami telah menerbitkan lebih dari 840.000 sertifikat sejak program dimulai.
“Fortinet Indonesia berinisiatif membantu upaya pemerintah Indonesia untuk mencapai kesadaran keamanan siber dengan mengadakan program dan acara pendidikan bersama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Kami juga telah bermitra dengan institusi lokal untuk meningkatkan ketahanan keamanan siber mereka," ungkap Edwin Lim, Country Director, Fortinet Indonesia, Rabu (22/7/2022).
Edwin menambahkan, pihaknya berinisiatif membantu upaya pemerintah Indonesia untuk mencapai kesadaran keamanan siber dengan mengadakan program dan acara pendidikan bersama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
"Kami juga telah bermitra dengan institusi lokal untuk meningkatkan ketahanan keamanan siber mereka," ujarnya. Pihaknya mendorong agar organisasi dapat dengan cepat mengadopsi teknologi cloud dan teknologi baru lainnya dalam tantangan lanskap keamanan siber Fortinet.
Baca juga: Pendiri Yuga Labs Tuding Orang Dalam Twitter Terlibat dalam Serangan Siber
Berdasarkan laporan 2021 (ISC) Cybersecurity Workforce Study tahun 2021 menyatakan, Asia-Pasifik adalah kawasan dengan kesenjangan tenaga kerja terbesar, yaitu 1,42 juta orang. Meskipun menurun dibandingkan tahun sebelumnya, kawasan ini masih harus banyak berbenah.
Mengingat semakin besarnya kerugian yang dialami perusahaan dalam hal laba dan reputasi akibat pelanggaran, keamanan siber semakin diprioritaskan di tingkat dewan direksi.
Di Asia, 89 persenperusahaan yang memiliki dewan direksi melaporkan bahwa mereka secara khusus mengajukan pertanyaan tentang keamanan siber. Sementara itu, 79 persen perusahaan memiliki dewan direksi yang merekomendasikan peningkatan tenaga kerja di bidang TI dan keamanan siber.
Sertifikasi Keahlian
Laporan kesenjangan keahlian Fortinet menunjukkan pentingnya pelatihan dan sertifikasi bagi perusahaan untuk mengatasi kesenjangan keahlian. Laporan regional tersebut menyatakan,97 persen pimpinan perusahaan meyakini bahwa sertifikasi yang berfokus pada teknologi memberikan dampak positif terhadap peran dan tim.
Sementara 86 persen pimpinan perusahaan cenderung mempekerjakan tenaga ahli bersertifikat. Selain itu, 89 persen responden mengaku bersedia membayar agar karyawan mereka memperoleh sertifikasi keamanan siber. Semakin tingginya kesadaran dan pemahaman akan pentingnya keamanan siber menjadi salah satu alasan utama sertifikasi sangat dihargai.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Berpotensi Undang Ancaman Kejahatan Keamanan Siber
Terkait pelatihan kesadaran keamanan ini, Fortinet menawarkan layanan Security Awareness Training melalui Fortinet Training Institute. Layanan ini meningkatkan perlindungan terhadap aset digital penting perusahaan dari ancaman siber (cyber threat) dengan membangun kesadaran karyawan akan keamanan siber.
Layanan ini juga selalu diperbarui oleh inteligensi ancaman FortiGuard Labs dari Fortinet agar karyawan dapat mempelajari sekaligus mengikuti perkembangan metode serangan siberterkini untuk mencegah timbulnya risiko dan pelanggaran di perusahaan.