Apa Itu Algoritma Media Sosial dan Mengapa Berkaitan dengan Perilaku Media Digital?
Penggunaan media sosial pun semakin masif dengan tambahan fitur yang semakin lengkap dan memudahkan aktivitas jagad maya.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Erik S
![Apa Itu Algoritma Media Sosial dan Mengapa Berkaitan dengan Perilaku Media Digital?](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ilustrasi-media-sosial_20171029_075329.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini inovasi teknologi semakin maju di era disrupsi digital, penggunaan media sosial pun semakin masif dengan tambahan fitur yang semakin lengkap dan memudahkan aktivitas jagad maya.
Satu diantara sederet istilah yang kini populer di kalangan pengguna internet adalah 'algoritma media sosial'.
Baca juga: Punya Cara Taklukkan Algoritma TikTok, Buzzohero Bikin Gebrakan di Dunia Digital
Lalu apa itu algoritma media sosial?
Dikutip dari laman sproutsocial, Senin (4/7/2022), algoritma media sosial adalah cara menyortir postingan pada umpan pengguna berdasarkan relevansi, bukan waktu publikasinya.
Perlu diketahui, jejaring sosial memprioritaskan 'konten mana yang harus dilihat pengguna pada umpan mereka terlebih dahulu', dengan kemungkinan bahwa mereka memang benar-benar ingin melihat konten tersebut.
Sebelum beralih ke algoritma, sebagian besar umpan media sosial memang menampilkan postingan dalam urutan kronologis terbalik.
Ini mengindikasikan bahwa postingan terbaru dari akun yang diikuti pengguna akan muncul terlebih dahulu.
Secara default, algoritma media sosial mengambil kendali untuk menentukan konten mana yang akan dikirimkan kepada anda berdasarkan perilaku dan kebiasaan anda selama menggunakan media sosial.
Baca juga: Bukit Algoritma Bakal Dapat Pendanaan Lewat Kripto
Misalnya, raksasa teknologi seperti Facebook atau Twitter mungkin akan menempatkan postingan dari teman dan keluarga terdekat anda di depan dan tengah feed, karena itu adalah akun yang paling sering berinteraksi dengan anda.
Begitu pula di YouTube, anda mungkin telah direkomendasikan sederet video untuk ditonton.
Ini tentu saja didasarkan pada perilaku individu anda, menggali apa yang telah anda tonton di masa lalu dan konten apa yang ditonton oleh pengguna seperti anda.
Elemen seperti kategori, #tag dan kata kunci juga menjadi faktor dalam konten yang direkomendasikan di jaringan manapun.
Lalu mengapa ada algoritma media sosial?
Baca juga: Maksimalkan Algoritma, Penjualan Produk FMCG di Lazada Naik 10 Kali Lipat
Ada begitu banyak konten yang beredar di ruang sosial, likes, ribuan postingan, foto dan video telah diterbitkan per menitnya.
Tanpa algoritma media sosial, menyaring semua konten ini berdasarkan akun per akun tentu menjadi hal yang tidak mungkin untuk dilakukan, khususnya untuk pengguna yang mengikuti ratusan atau ribuan akun.
Oleh karena itu, algoritma bekerja keras untuk memberikan apa yang anda inginkan dan menyingkirkan konten yang dianggap tidak relevan atau berkualitas rendah.
Ada pula keyakinan bahwa algoritma media sosial ada demi mendorong brand-brand membayar mahal untuk iklan.
Keyakinannya adalah jika brand-brand itu tidak dapat menjangkau audiens mereka secara organik, maka mereka akan beralih ke iklan.
Baca juga: Maksimalkan Algoritma, Penjualan Produk FMCG di Lazada Naik 10 Kali Lipat
Terlihat jelas bahwa ini mengindikasikan ada lebih banyak uang untuk jejaring sosial.
Nah, untuk meningkatkan literasi digital bagi 50 juta masyarakat Indonesia terkait algoritma media sosial pada 2024 mendatang, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pun menggandeng Pemerintah Daerah (Pemda) Bali dam siberkreasi dalam menghadirkan webinar bertajuk '#makincakapdigital'.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Klungkung Bali I Ketut Sujana mengakui bahwa saat ini budaya offline telah berpindah menjadi online.
Kemajuan digital pun, kata dia, kini menjadi realita kehidupan yang tidak dapat ditolak dan harus diterima dengan melakukan banyak penyesuaian.
Kendati demikian, ia menekankan bahwa budaya lokal dan nasional tetap harus menjadi acuan dalam pengembangan digital.
"Kita siap berubah dengan catatan mengisi diri dengan skill keterampilan pengetahuan dan jangan 'nggak mau belajar dengan perubahan', jangan sampai nanti shock dengan perubahan, jangan takut belajar," kata I Ketut Sujana, dalam keterangannya, Kamis (30/6/2022).
Webinar tersebut turut membahas terkait bagaimana seluruh aspek kehidupan kini tidak terlepas dari penggunaan serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Hal menarik yang terjadi saat ini adalah hampir semua kelompok usia kini semakin akrab dengan penggunaan teknologi seiring dengan transformasi digital.
Salah satu contoh perkembangan media digital yang saat ini berkembang pesat adalah media sosial.
Media sosial pada dasarnya memiliki tujuan yang baik yakni untuk memperkuat jaringan sosial, membangun komunikasi hingga mem-branding diri.
Pola penggunaan media sosial pun akan mempengaruhi dampak dari penggunaannya.
Hal itu karena ada algoritma media sosial atau aturan matematika yang menentukan bagaimana pengguna media sosial akan melihat konten sesuai dengan perilaku mereka.
Koordinator Wilayah (Korwil) Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Bali Daniel Santoso pun membagikan tips agar para pengguna aman dalam media digital.
Menurutnya, hal yang harus dilakukan adalah dengan membuat rekam jejak digital yang baik dan terbatas.
Baca juga: Algoritma AI Kecerdasan Kontekstual MGID Sabet Penghargaan MarTech Breakthrough Awards
Kemudian pengguna juga harus memastikan keamanan digital terkait data-data yang dibagikan dan mewaspadai penipuan digital yang kini sedang ramai terjadi.
"Kebiasaan nge-like nasi goreng di media sosial bisa jadi data baru kita di media sosial. Data yang sebenarnya tidak kita sadari tapi ternyata social media mencatat. Sehingga perlu kita waspadai apa yang kita lalukan di media sosial," kata Daniel.
Di sisi lain, Perwakilan Bidang Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Relawan TIK Provinsi Bali, Ni Kadek Dwi Febriani pun turut mengingatkan tata krama dalam menggunakan internet.
Dalam berinteraksi di media sosial, kata dia, penting memiliki kesadaran bahwa yang berinteraksi di dunia digital adalah sesama manusia, bukan robot maupun karakter fiktif.
Sehingga aturan bersosialisasi di dunia nyata juga harus diterapkan di dunia digital.
"Rekam jejak digital bersifat abadi, maka dari itu jangan pernah bertindak sembrono di dunia digital," pungkas Ni Kadek.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.