Sistem Cloud Cocok untuk Ritel, UMKM dan Startup
Pertumbuhan infrastruktur informasi dan teknologi di Indonesia terus berkembang ke arah yang lebih baik.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertumbuhan infrastruktur informasi dan teknologi di Indonesia terus berkembang ke arah yang lebih baik.
Demikian halnya dengan jumlah pengguna internet yang mencapai sekitar 200 juta pengguna. Berdasarkan laporan berjudul The Future of Cloud in Asia Pacific dari Cisco dan BCG, pengeluaran infrastruktur informasi dan teknologi (IT), serta public cloud Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara(https://www.bcg.com/future-of-cloud-in-asia-pacific).
Sedangkan pertumbuhan majemuk tahunan alias Compound Annual Growth Rate (CAGR) layanan public cloud di Indonesia mencapai 25 persen, lebih tinggi dibandingkan Malaysia 23 % dan Singapura yang hanya 20 % . Hanya saja pertumbuhan cloud di Indonesia masih belum terlalu berkembang.
Baca juga: Kolaborasi Bio Farma dengan Google Cloud dan ConnectedLife with Fitbit untuk Berdayakan Hidup Sehat
Secara teknis, teknologi virtualisasi yang digunakan pada layanan cloud memungkinkan pelaksanaan proses multipleks pada hardware thread.
Memungkinkan pembagian HT dalam beberapa virtual proses atau thread, yang secara bisnis bisa memberikan keuntungan.
“Cloud memang bagus dan menarik untuk ritel, startup, dan UMKM tapi kurang cocok untuk korporasi yang butuh mission critical,” kata CEO PT Equnix Business Solutions, Julyanto Sutandang dalam pernyataannya, Minggu(10/7/2022).
Mission critical atau bermisi kritis yang dimaksud adalah kondisi kritikalitas sebuah sistem, yang tidak boleh “out of service” dalam kondisi apapun dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi dalam segala aspek.
Dengan kata lain pengoperasian server tersebut sangat penting untuk menjalankan aktivitas rutin, seperti misalnya sistem Internet banking, ATM, aplikasi pelayanan publik yang terus menerus melayani masyarakat secara online setiap saat.
“Cloud sejatinya dibuat untuk ritel sehingga mudah digunakan dimana dan kapan saja, untuk membayar yang dipakai saja (pay as you go) sehingga terasa murah serta dapat disesuaikan kebutuhan.
Jadi layanan ritel pasti tidak akan mau direpotkan oleh kebutuhan korporasi besar yang tentunya ingin dilayani secara premium dengan sentuhan personal.
Karena didesain untuk ritel kemudian dipergunakan oleh Bisnis (B2B), jadinya tidak cocok, ada yang missed,” jelas Julyanto.
Baca juga: Hadirkan Solusi Cloud untuk Otomatisasi Keuangan Perusahaan
Faktor level keamanan dan kenyamanan yang tinggi dalam menjaga kestabilan, kemudahan maintenance dan dioperasikan, menurut Julyanto, menjadi alasan utama bagi korporasi besar dalam memilih sistem yang digunakan.
“Pada public cloud, kita merasa seperti bisa mengontrol padahal tidak punya kontrol sama sekali.
Korporasi besar pastinya ingin memiliki total kontrol sedangkan kalau dikelola dengan cara masa lalu maka sangat merepotkan, apalagi jika tidak punya departemen IT yang bagus,” kata Konsultan IT, I Made Wiryana.