Pakar: Tidak Ada yang Aman 100 Persen di Dunia Digital
Dengan bekal literasi digital yang baik, kita bisa menghindarkan diri dari risiko jadi korban penipuan di dunia digital.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beragam cara dilakukan oknum tak bertanggung jawab lewat internet untuk menipu calon korbannya.
Penipuan bisa terjadi di sektor jasa keuangan hingga ke perdagangan. Namun dengan bekal literasi digital yang baik, kita bisa menghindarkan diri dari risiko jadi korban penipuan di dunia digital.
Topik ini jadi bahasan menarik di webinar Ayo Kita Bisa Hentikan Penipuan di Internet yang diadakan Kominfo RI dan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi di Makassar, belum lama ini.
Founder dan COO PT Balla Cerdas Teknologi sekaligus dosen Bisnis Digital IBK Nitro Arsan Kumala Jaya mengatakan, untuk mengamankan data yang dimiliki harus paham cara melindungi data pribadi yang bersifat rahasia.
"Ada enam kompetensi keamanan digital mulai dari mengamankan perangkat dan identitas digital, mewaspadai penipuan scam, spam, phising, dan hacking, memahami rekam jejak, serta paham keamanan digital pada anak," katanya saat menyampaikan materi berjudul Aman Bermedia Digital (Jenis-jenis Penipuan Internet).
Baca juga: Tips Agar Terhindar dari Pembobolan Rekening Bank dan Percobaan Skimming Kartu Kredit
Ditegaskannya, tidak ada yang aman 100 persen di dunia digital.
"Keamanan berbanding terbalik dengan kemudahan. Selalu berpikir kritis, tidak mudah percaya dengan semua yang kita dapat di internet,” kata Arsan.
Pemerhati digital H. Almaskaty yang menyampaikan materi berjudul Aman Bermedia Digital, kurangnya literasi digital menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penipuan digital.
Karena itu, kemampuan literasi digital dapat mencegah penipuan di internet karena seseorang sudah memiliki kemampuan analisis, verifikasi, dan evaluasi.
Baca juga: Waspadalah! Marak Pembobolan Dana Nasabah di Tengah Era Digitalisasi
“Dampak penipuan digital hampir sebagian besar yang dicatat adalah kerugian finansial. Sangat sedikit motif lain,” imbuh Almaskaty.
Herti Yani, dosen Universitas Dinamika Bangsa Herti Yani yang membawakan materi berjudul Cakap Bermedia Digital, beberapa modus penipuan yang sering digunakan pelaku, salah satunya modus lowongan kerja.
Baca juga: OpenSea Rilis Fitur Keamanan Baru, Lindungi Pengguna dari Ancaman Penipuan NFT
Ciri-ciri penipuan lewat modus ini: identitas perusahaan tidak jelas, tawaran gaji tidak wajar, langsung meminta data pribadi, meminta untuk membayar, diterima tanpa proses wawancara, dan biasanya tersebar lewat WhatsApp atau SMS.
“Tips agar terhindar yakni jangan mudah percaya, baca detail setiap info loker, pastikan mendaftar lewat website resmi perusahaan, cek domain alamat surel dan web yang digunakan, jangan tergiur gaji besar dan masuk tanpa tes,” pungkasnya.