Apple Diperkirakan Kehilangan 6 Juta Unit iPhone 14 Pro Akibat Protes Pekerja di Pabrik Foxconn
Jika penguncian atau lockdown berlanjut dalam beberapa minggu ke depan, gangguan pada produksi iPhone dapat terus berlanjut.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Selama akhir pekan kemarin, perusahaan menambahkan bonus sebesar 1.800 dolar AS per bulan untuk karyawan penuh waktu yang tinggal di pabrik hingga Desember dan Januari.
Protes yang tidak biasa terjadi di Zhengzhou memperburuk lingkungan bisnis yang sudah menantang. Pabrik yang sangat besar itu menampung sebanyak 200.000 pekerja selama puncak musim produksi iPhone. Lebih dari 20.000 karyawan baru dilaporkan telah pergi setelah protes meletus.
Baca juga: Samsung Dinobatkan Jadi Pemasok Utama Layar OLED iPhone
Kepergian pekerja baru bukan faktor yang mempengaruhi produksi, melainkan karantina yang diberlakukan pada karyawan yang lebih senior karena pengalaman dan keterampilan yang mereka miliki, kata sumber lain yang mengetahui operasi perakitan.
Foxconn secara aktif merekrut karyawan tambahan, dengan bantuan dari pejabat pemerintah setempat. Perusahaan Taiwan, yang ditetapkan sebagai pemberi pekerjaan terbesar di perusahaan swasta China, mempekerjakan puluhan ribu pekerja perakitan, terutama selama musim puncak produksi iPhone.
Apple dan Foxconn, juga dikenal sebagai Hon Hai Precision Industry Co., mengatakan awal bulan ini bahwa pengiriman iPhone premium terbarunya akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya karena pembatasan Covid-19 di China.
Analis di Morgan Stanley juga memberikan skenario terburuk untuk Apple dan Foxconn, di mana fasilitas Zhengzhou tidak dapat mengirimkan iPhone apa pun selama sisa tahun ini.
Hal itu akan menghasilkan penurunan 20 persen dalam penjualan Hon Hai pada kuartal saat ini, tulis analis Morgan Stanley yang dipimpin oleh Sharon Shih dalam catatan penelitian 7 November.
Seorang analis dari Asymmetric Advisors, Amir Anvarzadeh, mengatakan Apple dan Foxconn tidak dapat menghindar dari dampak kebijakan Covid-19 di China. Namun, hal itu kemungkinan akan mendorong perusahaan mencari lokasi manufaktur alternatif, seperti India dan Vietnam.
“Ini akan memaksa Apple untuk mempercepat diversifikasi basis produksinya,” katanya.