Jaringan Seluler di Rusia Memburuk Usai Ditinggal Nokia dan Ericsson
Kepergian dua perusahaan telekomunikasi Nokia dan Ericsson pada akhir tahun dapat terus melumpuhkan jaringan seluler di Rusia
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Kepergian dua perusahaan telekomunikasi Nokia dan Ericsson pada akhir tahun dapat terus melumpuhkan jaringan seluler di Rusia dalam jangka panjang.
Lima eksekutif perusahaan telekomunikasi dan sumber-sumber di industri ini mengatakan, pengguna ponsel di Rusia kemungkinan akan mengalami proses pengunduhan dan pengunggahan yang lebih lambat, lebih banyak panggilan yang terputus, panggilan yang tidak tersambung, dan pemadaman yang lebih lama karena operator seluler kehilangan kemampuan untuk meningkatkan perangkat lunak dan menghadapi persediaan suku cadang yang menyusut.
Ericsson dan Nokia, yang bersama-sama menguasai sebagian besar pasar peralatan telekomunikasi dan hampir 50 persen dalam hal stasiun pangkalan telekomunikasi di Rusia, membuat mulai dari antena telekomunikasi (telecom antenna) hingga perangkat keras yang menghubungkan serat optik yang membawa sinyal digital.
Baca juga: YouTube Tambahkan Fitur Pinch-to-Zoom ke Perangkat Seluler
Kedua perusahaan itu juga menyediakan perangkat lunak penting yang memungkinkan berbagai bagian jaringan berfungsi bersama.
"Kami bekerja menjelang akhir tahun dan saat itulah semua pengecualian (dari sanksi) berakhir," kata kepala keuangan Ericsson, Carl Mellander, yang dilansir dari Reuters.
Sementara itu, Ericsson menerima pengecualian sanksi atas invasi Rusia ke Ukraina dari otoritas Swedia.
CEO Nokia, Pekka Lundmark, juga mengungkapkan perusahaannya tidak akan "mengirimkan apa pun ke Rusia".
Ekonomi Rusia sejauh ini telah melewati sanksi dan kontrol ekspor yang diberlakukan oleh pihak Barat, setelah Moskow mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina. Namun, keluarnya Nokia dan Ericsson dapat berdampak lebih besar pada kehidupan sehari-hari warga Rusia, yang pada akhirnya mempersulit hal yang sederhana namun penting seperti panggilan telepon.
Kementerian Digital Rusia tidak menanggapi permintaan komentar. Namun pada pekan ini, Menteri Komunikasi dan Media Massa Rusia, Maxut Shadayev, mengatakan empat operator telekomunikasi menandatangani kontrak untuk membelanjakan lebih dari 100 miliar rubel atau sekitar 1,45 miliar dolar AS untuk peralatan buatan Rusia.
"Ini akan memungkinkan kami untuk mengatur produksi peralatan telekomunikasi modern di Rusia," katanya, tanpa menyebut nama operator atau produsen peralatan telekomunikasi.
Baca juga: Perang Tarif Internet di Industri Seluler Berlanjut, Bagaimana dengan Penyedia Fixed Broadband?
Operator telekomunikasi terkemuka Rusia, MTS, menolak mengomentari masalah ini. Perusahaan lain Megafon, Veon, Beeline dan Tele2 yang membentuk perusahaan telekomunikasi Big Four Rusia, juga tidak menanggapi permintaan komentar.
Program pemerintah untuk mempromosikan peralatan Rusia telah membantu operator telekomunikasi menjadi kurang bergantung pada Nokia dan Ericsson selama beberapa tahun terakhir, dan produsen Rusia telah meningkatkan pangsa pasar mereka tahun ini menjadi 25,2 persen dari 11,6 persen pada 2021.
Namun, pemutusan hubungan dengan perusahaan asing diperkirakan oleh sumber-sumber industri dapat memundurkan komunikasi Rusia karena seluruh dunia terus maju dengan menggunakan teknologi 5G.
Baca juga: Perang Tarif Internet di Industri Seluler Berlanjut, Bagaimana dengan Penyedia Fixed Broadband?
"Jika, mungkin, situasi ini berlangsung selama bertahun-tahun, jaringan seluler Rusia dalam hal cakupan dapat kembali ke keadaan akhir 1990-an, ketika jangkauannya terbatas pada kota-kota besar dan pinggiran kota terkaya," kata CEO dan pemimpin Redaksi ComNews di Moskow, Leonid Konik.