Raksasa Teknologi Berlomba Tiru ChatGPT, Karyawan: Risiko PHK Kian di Depan Mata
Dalam waktu beberapa bulan terakhir aplikasi ChatGPT besutan OpenAI mulai menjadi perbincangan hangat para warganet.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Kehebohan ChatGPT belakangan mendorong para pendiri perusahaan teknologi untuk berlomba merilis aplikasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) guna menyaingi layanan chatbot viral ChatGPT.
Namun hal ini memicu ancaman bagi para karyawan terkait adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Dirilis pada November tahun lalu, dalam waktu beberapa bulan terakhir aplikasi ChatGPT besutan OpenAI mulai menjadi perbincangan hangat para warganet.
Baca juga: Mengenal Apa Itu ChatGPT, Perangkat Lunak Buatan OpenAI, Ini Risiko Penggunaannya
Kehadirannya yang mempermudah pengguna untuk menjawab perintah serta melakukan tugas-tugas seperti mengerjakan soal ujian hingga tingkat pascasarjana, melakukan debug pada kode serta menciptakan cerita pendek dengan gaya penulis tertentu. Membuat aplikasi ini mengalami lonjakan popularitas.
Hingga total pengguna harian tembus mencapai 19 juta dan jumlah unduhan mencapai angka 100 juta kali.
Kepopuleran ChatGPT bahkan membuat posisi Google dan Apple yang selama ini memimpin inovasi pasar teknologi mulai tergeser.
Tekanan tersebut yang kemudian mendorong para perusahaan teknologi untuk berlomba menciptakan kecerdasaan buatan, seperti Google yang belakangan menggarap chatbot buatan dengan nama kode "Atlas" yang kabarnya akan terintegrasi pada mesin pencarian Google.
Langkah serupa juga diikuti Apple dengan mengembangkan teknologi untuk diintegrasikan ke lini produknya. Meski kemunculan teknologi AI berpotensi mendorong kemajuan teknologi yang massif.
Namun sayangnya kemunculan AI ini berpotensi memicu gelombang PHK lanjutan di industri teknologi. Prediksi ini diungkap oleh lembaga survey MLIV Pulse, dari laporannya tercatat sebanyak dua pertiga dari 292 karyawan mulai khawatir apabila pekerjaannya berisiko tergantikan oleh kecerdasan buatan.
“Ada perang AI yang sangat menarik yang muncul di antara perusahaan teknologi,” kata Profesor Ilmu Komputer Universitas Southampton Wendy Hall kepada Bloomberg TV.
Baca juga: Jaga Keberlangsungan Bisnis, Pinterest Lakukan PHK Terhadap 150 Karyawan
Meskipun tidak semua divisi dapat digantikan dengan teknologi AI, namun dengan menyematkan teknologi model AI pada sistem Reinforcement Learning from Human Feedback (RLHF) pekerjaan tertentu dengan mudah dapat diotomatisasi oleh teknologi AI.
Diantaranya seperti menulis teks, menerjemahkan bahasa, menggambar hingga melakukan percakapan seperti manusia dengan berbagai topik.
Alasan ini yang membuat karyawan menilai apabila perusahaan akan kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar besaran untuk menggantikan peran manusia dengan kecerdasan teknologi buatan.
Tak hanya itu, imbas dari adopsi kecerdasan buatan juga berpotensi menambah jumlah pengangguran di tengah gejolak krisis pasar global. Mengingat di bulan sebelumnya ada banyak perusahaan yang telah melakukan pemangkasan hingga memakan korban PHK ribuan karyawan.
“Microsoft mengumumkan investasi 10 miliar dolar AS di OpenAI selang beberapa hari setelah mengatakan akan memberhentikan 10.000 karyawan. Hal serupa kemungkinan besar akan dilakukan beberapa perusahaan untuk memacu pendapatan.” ujar Wendy Hall.