Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Techno

Pandemi Covid-19 Mempercepat Adopsi WFH Secara Global

Pandemi Covid-19 pada awal 2020 lalu dinilai telah mempercepat adopsi work from home atau WFH secara global.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Pandemi Covid-19 Mempercepat Adopsi WFH Secara Global
Freepik
Ilustrasi work from home - Pandemi Covid-19 pada awal 2020 lalu dinilai telah mempercepat adopsi work from home atau WFH secara global. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bekerja dari rumah alias work from (WFH) telah ada selama beberapa dekade.

Kemunculan internet dan ketersediaan alat komunikasi yang terjangkau telah membuat WFH banyak diadopsi.

WFH pun semakin populer karena menawarkan banyak keuntungan, seperti pengurangan waktu perjalanan, peningkatan fleksibilitas, dan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.

Namun, pandemi Covid-19 pada awal 2020 lalu telah mempercepat adopsi WFH secara global.

Karena kebijakan social distancing dan lockdown, perusahaan di seluruh dunia menerapkan WFH bagi para karyawannya.

Tentang isu WFH ini, perusahaan perlu memiliki pemahaman matang mengenai kebutuhan karyawan mereka akan fleksibilitas dan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, serta mengintegrasikan hal itu dalam tujuan bisnis perusahaan.

Baca juga: Terkait Pandemi Covid-19, Pakar Peluang Dunia Cabut Status PHEIC dalam Waktu Dekat

BERITA REKOMENDASI

Ini menjadi salah satu kesimpulan temuan startup yang bergerak di bidang machine learning Valiance (bagian dari Pacmann) melakukan analisis pada percakapan pengguna media sosial Twitter.

Adityo Sanjaya, Chief Data Scientist di Valiance dan CEO di Pacmann mengatakan, dalam mengadopsi WFH, perusahaan perlu mempertimbangkan manfaat dan risiko terkait di dalamnya.

"Itu mungkin mencakup produktivitas, kesejahteraan karyawan, kolaborasi, bahkan dampak sosial dan ekonomi," kata Adityo dalam keterangannya, Jumat (24/2/2023).

Selain itu, kata dia perusahaan perlu mengatur kebijakan mereka sesuai dengan situasi yang dihadapi, sehingga dapat memaksimalkan manfaat WFH dan meminimalkan risikonya.

Tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua perusahaan atau industri, sehingga perusahaan perlu merancang kebijakan yang selaras dengan kebutuhan dan tujuan bisnis mereka, serta memastikan bahwa karyawan dapat bekerja dari mana pun secara efektif dan efisien.

Baca juga: Belasan Ribu Orang Teken Petisi Tuntutan WFH Lagi, Kerja Ngantor Bikin Jalan Macet

Valiance mengumpulkan tweets berbahasa Indonesia yang memuat kata kunci “working from home” dan “wfh”.

Pengumpulan data berlangsung sejak Maret 2020, di mana kala itu kasus Covid-19 pertama di Indonesia resmi diumumkan, hingga Desember 2022 dan terkumpul lebih dari sejuta tweets, tepatnya 1.078.599 tweets.

Secara umum, ada empat kategori Pokok percakapan mengenai isu penerapan WFH di Indonesia, yakni Aktivitas, Kesehatan, Utilitas, dan Lainnya.

Sekitar 45,68 persen tweets bersentimen negatif, 39,69 persen bersentimen positif, dan 14,64 persen sisanya bersentimen netral.

“Untuk keperluan analisis ini, kami telah mengumpulkan sejutaan tweets. Kami memakai Natural Language Processing (NLP) untuk melakukan klasifikasi sentimen atas tweets mengenai WFH di Indonesia tersebut,” ujar Adityo Sanjaya.

Isu ini menarik untuk dianalisis karena WFH telah mengubah kultur kerja secara global, tak terkecuali Indonesia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas