SDM Faktor Penting Perusahaan Hadapi Serangan Siber
90 persen kebocoran data bersumber dari lemahnya pengamanan aplikasi dan 10 persen berasal dari lemahnya pengamanan infrastruktur dan jaringan.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus kebocoran data atau data breach yang cukup banyak terjadi di Indonesia menjadi salah perhatian utama layanan biro kredit seperti Credit Bureau Indonesia (CBI).
Apalagi data menunjukkan, 90 persen kebocoran data bersumber dari lemahnya pengamanan aplikasi dan 10 persen berasal dari lemahnya pengamanan infrastruktur dan jaringan.
“Pengamanan siber bukan sekedar proses dan teknologi tetapi yang terpenting adalah faktor manusianya. Membangun kesadaran, pengetahuan bahkan budaya di seluruh tim dalam perusahaan menjadi faktor paling penting dalam memastikan ketahanan perusahan terhadap serangan siber,' kata Direktur Utama CBI, Agus Subekti saat World Cyber Security Summit 2023 bertajuk "Redefining Cyber Security for A Safer Digital World – Staying Vigilant" di Jakarta, Rabu (15/3/2023).
World Cyber Security Summit adalah organisasi tahunan yang berfokus untuk mengeksplorasi ancaman dan tantangan teknologi yang paling krusial di era baru, serta menemukan solusi dan strategi terbaik untuk memitigasinya.
Dikatakannnya, serangan dunia digital yang konstan telah membuat organisasi rentan terhadap ancaman seperti malware, ransomware, cybercrime, dan pelanggaran data yang mengakibatkan kerugian yang signifikan.
Ivan Irawan selaku Direktur Informasi dan Teknologi CBI mengatakan, sekuriti siber yang lemah dapat menyebabkan risiko kebocoran data, rahasia perusahaan, penipuan, serta dapat mengancam privasi dan keamanan informasi pribadi klien.
"Keamanan siber sangat penting bagi layanan biro kredit seperti CBI sebagai lembaga yang menyediakan layanan informasi kredit karena menyimpan informasi pribadi dan keuangan yang sangat sensitif dan rahasia sehingga kami memastikan keamanan siber yang canggih untuk melindungi data dan sistem dari risiko serangan siber apapun," kata Ivan.
Selain penggunaan teknologi keamanan siber terbaru, juga perlu dilakukan pengembangan kebijakan dan prosedur yang ketat untuk mengelola risiko keamanan, serta pelatihan dan kesadaran staf yang juga perlu ditingkatkan.
Baca juga: Praktisi Keamanan Siber: Faktor Human Error Kerap Menjadi Faktor Penyebab Kebocoran Data Perusahaan
CBI telah membangun aplikasi secara mandiri dan memastikan bahwa semua aplikasi yang dibangun telah melalui pengujian pengamanan baik di aras kode maupun di aras fungsional dengan melibatkan pihak independen.
"Kami juga memastikan bahwa seluruh tim yang terlibat dalam pengembangan dan operasional memiliki kesadaran mengenai pentingnya pengamanan data," katanya.
World Cyber Security Summit 2023 membahas ancaman digital terbaru, kasus penggunaan serangan, revolusi digital, privacy data & security, threat detection, threat intelligence, SaaS security, zero trust architecture, dan pentingnya kerja sama dalam mencegah kejahatan dunia digital bagi perusahaan.
Baca juga: ISACA: Indonesia Perlu Perbaiki Ekosistem Digital untuk Cegah Kebocoran Data
KTT ini juga memperkenalkan firewall generasi mendatang sebagai sarana dalam meningkatkan keamanan teknologi dan informasi untuk membekali organisasi dan perusahaan dengan alat dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melawan serangan dunia digital secara efektif.
Didukung oleh CSIRT. ID, mitra strategis Cyber Security Council dan berasosiasi dengan APTIKNAS, World Cyber Security Summit menjadi platform bagi Chief Information Security Officer (CISO) dari berbagai sektor industri di Indonesia.
KTT selama dua hari ini mempertemukan para pemimpin di bidang keamanan siber dari seluruh dunia untuk berdialog terbuka dan konstruktif dalam menemukan solusi atas masalah yang menghambat keamanan informasi dan siber mereka.