Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Techno

Diinterogasi Selama 5 Jam, Ini 5 Poin Penting Sidang Kongres AS Soal Isu Spionase TikTok

TikTok menghadapi tindakan keras dari regulator AS karena dicurigai berpotensi menjadi mata-mata China untuk mengumpulkan data penggunanya.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Diinterogasi Selama 5 Jam, Ini 5 Poin Penting Sidang Kongres AS Soal Isu Spionase TikTok
OLIVIER DOULIER / AFP
CEO TikTok Shou Zi Chew bersaksi di depan sidang Komite Energi dan Perdagangan DPR tentang "TikTok: Bagaimana Kongres Dapat Menjaga Privasi Data Amerika dan Melindungi Anak-Anak dari Bahaya Daring," di Capitol Hill, 23 Maret 2023, di Washington, DC. 

Namun, Project Texas tidak sepenuhnya beroperasi. Sampai sekarang, Chew mengonfirmasi bahwa insinyur ByteDance di China memiliki akses ke data pengguna AS.

"Kami mengandalkan interoperabilitas global, insinyur China memiliki akses ke data," katanya.

Pernyataan tersebut memancing kritik dari anggota Kongres AS. Mereka berujar, jika data pengguna dapat diakses oleh para insinyur di China, kemungkinan pemerintah China juga dapat mengaksesnya.

3. Chew Memiliki Saham di ByteDance

Mungkin pembelaan Chew yang paling tidak berhasil adalah upayanya untuk menjauhkan TikTok dari ByteDance. Chew sendiri dulunya adalah kepala keuangan ByteDance.

Ketika ditanya apakah dia memiliki saham di perusahaan induk TikTok, Chew tidak mau menjawab pertanyaan itu. Namun, saat ditekan kembali oleh anggota parlemen, dia akhirnya mengakui memiliki saham di ByteDance.

4. Serang Balik Kongres AS dengan Menyinggung Skandal Cambridge Analytica

BERITA TERKAIT

Ketika Chew ditanya mengenai keamanan data pengguna TikTok, dia menjawab, "Dengan segala hormat, perusahaan Amerika tidak memiliki rekam jejak yang bagus dengan data ... Lihat saja Facebook dan Cambridge Analytica."

Itu menjadi pernyataan yang tajam namun efektif untuk menyerang balik Kongres AS, mengingat betapa besarnya kegemparan yang ditimbulkan dari skandal tersebut.

Kasus skandal Cambridge Analytica bergulir sejak 2018 dan telah berakhir pada tahun lalu. Facebook digugat karena dituduh melanggar privasi penggunanya dengan membagikan sekitar 87 juta data pengguna ke pihak ketiga, yaitu ke perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica.

Cambridge Analytica diduga menyalahgunakan 87 juta data pengguna Facebook untuk keperluan pemenangan kampanye Donald Trump pada Pemilu AS 2016.

Facebook diharuskan membayar sejumlah uang yang disepakati. Hingga saat ini, belum jelas seberapa besar nominal yang harus dibayar platform media sosial itu untuk menyelesaikan kasus tersebut.

5. Republik dan Demokrat Bersatu

Awalnya ada kritik bipartisan terhadap TikTok, tetapi tingkat ketidakpercayaan dan skeptisisme dari semua pihak sangat mencolok dalam sidang tersebut.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas