Diinterogasi Selama 5 Jam, Ini 5 Poin Penting Sidang Kongres AS Soal Isu Spionase TikTok
TikTok menghadapi tindakan keras dari regulator AS karena dicurigai berpotensi menjadi mata-mata China untuk mengumpulkan data penggunanya.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - CEO TikTok Shou Zi Chew menghadiri sidang kongres Amerika Serikat (AS) untuk bersaksi mengenai keamanan data pengguna platformnya pada Kamis (23/3/2023).
TikTok menghadapi tindakan keras dari regulator AS karena dicurigai berpotensi menjadi mata-mata China untuk mengumpulkan data penggunanya.
Shou Zi Chew menghadapi pertanyaan selama kurang lebih empat setengah jam di sidang Kongres AS. Dia membeberkan bukti untuk menangkal segala tuduhan yang dilayangkan terhadap platform video pendek itu.
Baca juga: Khawatir Data Dicuri, Ini Daftar Negara yang Blokir TikTok, Amerika Serikat hingga Selandia Baru
Anggota Parlemen AS mengatakan mereka khawatir data pengguna AS berisiko jatuh ke tangan pemerintah China, sehingga hal ini dianggap dapat mengancam keamanan nasional.
Chew menanggapi tuduhan ini dengan mengatakan, TikTok memprioritaskan keselamatan pengguna muda. CEO TikTok juga mencoba meyakinkan anggota parlemen AS untuk tidak memblokir platformnya dan tidak memaksa perusahaan induk TikTok, ByteDance, untuk menyerahkan saham kepemilikannya.
Selama berada di bawah kepemimpinan Shou Zi Chew, TikTok mencatatkan 150 juta pengguna di Negeri Paman Sam, yang sebagian besar merupakan remaja dan dewasa muda.
Melansir dari BBC, berikut ini lima poin penting sidang Kongres AS mengenai keamanan data pengguna TikTok.
1. Anak-Anak Chew Tidak Menggunakan TikTok
Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat, Nanette Barragán, melontarkan pertanyaan kepada Chew apakah anaknya menggunakan TikTok atau tidak.
Chew mengungkapkan anaknya tidak menggunakan aplikasi TikTok, karena mereka tinggal di Singapura. Di negara tersebut, versi aplikasi untuk anak di bawah usia 13 tahun tidak tersedia.
Chew juga mengklarifikasi, versi anak-anak dari aplikasi tersebut tersedia di AS, dan dia akan membiarkan anak-anaknya menggunakan TikTok jika mereka berada di negara itu.
2. Insinyur ByteDance di China Memiliki Akses ke Beberapa Data Pengguna AS
Chew terus berbicara tentang kebijakan yang disebut "Project Texas" dalam sidang tersebut. Kebijakan itu akan memungkinkan TikTok menyimpan semua data pengguna AS di bawah pengawasan perusahaan perangkat lunak Amerika, Oracle.
Namun, Project Texas tidak sepenuhnya beroperasi. Sampai sekarang, Chew mengonfirmasi bahwa insinyur ByteDance di China memiliki akses ke data pengguna AS.
"Kami mengandalkan interoperabilitas global, insinyur China memiliki akses ke data," katanya.
Pernyataan tersebut memancing kritik dari anggota Kongres AS. Mereka berujar, jika data pengguna dapat diakses oleh para insinyur di China, kemungkinan pemerintah China juga dapat mengaksesnya.
3. Chew Memiliki Saham di ByteDance
Mungkin pembelaan Chew yang paling tidak berhasil adalah upayanya untuk menjauhkan TikTok dari ByteDance. Chew sendiri dulunya adalah kepala keuangan ByteDance.
Ketika ditanya apakah dia memiliki saham di perusahaan induk TikTok, Chew tidak mau menjawab pertanyaan itu. Namun, saat ditekan kembali oleh anggota parlemen, dia akhirnya mengakui memiliki saham di ByteDance.
4. Serang Balik Kongres AS dengan Menyinggung Skandal Cambridge Analytica
Ketika Chew ditanya mengenai keamanan data pengguna TikTok, dia menjawab, "Dengan segala hormat, perusahaan Amerika tidak memiliki rekam jejak yang bagus dengan data ... Lihat saja Facebook dan Cambridge Analytica."
Itu menjadi pernyataan yang tajam namun efektif untuk menyerang balik Kongres AS, mengingat betapa besarnya kegemparan yang ditimbulkan dari skandal tersebut.
Kasus skandal Cambridge Analytica bergulir sejak 2018 dan telah berakhir pada tahun lalu. Facebook digugat karena dituduh melanggar privasi penggunanya dengan membagikan sekitar 87 juta data pengguna ke pihak ketiga, yaitu ke perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica.
Cambridge Analytica diduga menyalahgunakan 87 juta data pengguna Facebook untuk keperluan pemenangan kampanye Donald Trump pada Pemilu AS 2016.
Facebook diharuskan membayar sejumlah uang yang disepakati. Hingga saat ini, belum jelas seberapa besar nominal yang harus dibayar platform media sosial itu untuk menyelesaikan kasus tersebut.
5. Republik dan Demokrat Bersatu
Awalnya ada kritik bipartisan terhadap TikTok, tetapi tingkat ketidakpercayaan dan skeptisisme dari semua pihak sangat mencolok dalam sidang tersebut.
"Selamat datang di komite paling bipartisan di Kongres," kata anggota Kongres AS dari Partai Republik, Buddy Carter.
Anggota kongres AS lainnya dari Partai Republik, Dan Crenshaw, bahkan mengucapkan terima kasih kepada Chew karena telah menyatukan kedua partai.
"Terima kasih, Tuan Chew, telah menyatukan Partai Republik dan Demokrat," kata Dan Crenshaw.
Hal ini menjadi pemandangan yang tidak biasanya melihat banyak politisi berada di hampir satu suara. Mereka tampaknya sepakat bahwa TikTok adalah ancaman keamanan.
TikTok mengeluh setelah sidang itu, dengan mengatakan anggota parlemen seharusnya mempertimbangkan mata pencaharian lima juta pelaku bisnis dan 150 juta pengguna AS di platform tersebut.
"Juga tidak disebutkan hari ini oleh anggota komite: mata pencaharian lima juta bisnis di TikTok atau implikasi Amandemen Pertama (Konstitusi AS) dari pelarangan platform yang dicintai oleh 150 juta orang Amerika," kata juru bicara TikTok.